Friday, November 05, 2010

Dan titel presiden itu kembali tersemat...

Masih inget posting gue berabad-abad lalu yang berjudul Presiden Pangkalan Ojek? Kalau lupa, atau mungkin pembaca orangnya seperti saya yang males mengingat-ingat, monggo dikunjungi lagi di sini.

Udah inget? Nah, posting gue kali ini sedikit banyak berhubungan dengan itu.

As we all know, cuaca di Jakarta sekarang lagi enggak beres. Panas terik dan hujan deras bisa terjadi di hari yang sama, mungkin cuma berbeda beberapa puluh menit. Keluar rumah panas, di jalan keujanan. Macet. Bahkan cuaca ekstrem ini membuat tukang sayur bingung. Pembaca bingung kenapa tukang sayur bingung? Jangan khawatir, gue yang nulis aja bingung.

Nah, gue sendiri enggak lepas dari fluktuasi cuaca yang enggak jelas ini. Beberapa kali gue basah kuyup ketika pulang sekolah, nyeberang jalanan banjir, sampai seandainya sepatu gue bisa ngomong, pasti gue serem terus copot sepatu dan buang sejauh-jauhnya. Eh, maksudnya pasti dia teriak minta ampun atas siksaan yang dideritanya.

Apa inti dari omongan ini? Karena keadaan ini, ibunda menganjurkan gue untuk jangan naik sepeda ke sekolah dulu. Alasannya, kesian sepedanya kalo kena hujan dan nerobos banjir terus menerus. Jadi Ibu tak kesian padaku? Salah aku apa, Bu? APAAAA?

Ehm.

Jadi, karena menuruti perintah ibunda agar tak dikutuk seperti Uda Malin, jadilah gue mengambil alternatif ketika pulang sekolah. Yaitu: naik ojek.

Pernah gue sebut di posting Presiden Pangkalan Ojek tentang pangkalan ojek di Bendungan Hilir (benhil). Nah, sekarang pangkalan itu udah jadi markas gue untuk keberangkatan menuju rumah. Untuk menghemat, gue pilih ojek yang paling ujung (saking panjangnya) karena itu lebih deket ke arah rumah gue. Dan biasanya, yang di ujung sebelah sana bisa dikasih ongkos yang lebih murah. Muahahah.

Waktu demi waktu berlalu. Lama kelamaan, ojek yang jadi langganan gue udah banyak. Banyak juga yang udah tau rumah gue. Ini memunculkan masalah baru: mereka jadi rebutan mengojeki gue pulang.

Awalnya, ini menyenangkan, karena artinya gue udah enggak usah ngasih tau rumah gue dimana lagi. Tapi, kadang kalo gue udah naik satu ojek, yang lain tampak agak kesel sambil neriakin ojek yang gue naikin, karena mungkin merek,a anggep ojek ini nyelak. Teng, gue jadi ga enak.

Dan lagi, beberapa tukang ojeknya itu ada sering ngajak gue ngobrol kalo lagi di motor. Gue dan mereka apal muka, jadi kalo satu saat gue lagi ga naik ojek mereka dan mereka ngeliat gue, gue cuma bisa senyum minta maaf yang mereka bales dengan anggukan kepala. Teng, perasaan ga enak kedua.

Tampaknya gue punya pesona di kalangan tukang ojek. Uh.

*

Eniwei, satu harapan gue setelah mengalami kejadian ini adalah semoga saja cuaca kembali normal, sehingga gue boleh menggunakan sepeda gue lagi. Dengan naik sepeda, jumlah uang jajan gue yang bisa ditabung, kan, jadi nambah. (bukan pelit, ini namanya ekonomis *ngeles*)

Dan lagi, kalau ini terus berlanjut,
bisa-bisa Pangkalan Ojek Bobby Sejahtera buka cabang baru.