Wednesday, December 30, 2009

The Bandung Incident

Hey!

Gue baru pulang dari Bandung. Yeah, akhirnya paling enggak gue ngerasain udara luar kota yang udah mulai jarang gue rasain. Kenanya udara Jakarta melulu. Bau, panas, berasap. Ehm, kok jadi kedengeran kayak tai kebo.

Yah, dua hari selama di Bandung itu bener-bener gue nikmatin.

Dan liburan kali ini pertama kalinya gue ke Bandung tanpa mampir ke Cihampelas. Bosen kali, ada apaan sih di sana? Yang selalu gue dapet cuma macetnya doang. Huh. Dasar. (malah ngomel)

Hmm.

Kemaren gue ke Bandung bareng keluarga. Enggak banyak kok, cuma bokap, nyokap, kakak, adek, om, kakek, nenek. Well...

Tapi yang nyolotin, Bandung jadi macet banget. Malah kata sodara gue yang tinggal di sini, 'Kalo belom ngerasain macet, lancar-lancar aja, artinya belom nyampe Bandung.'

Dan kemacetan, seperti biasanya, sangat membosankan. Can't the government do anything?

Other note, sebagai penutup posting ini, ada satu insiden yang waktu itu gue tulis di Tumblr pas lagi macet-macetnya. Gue akan tulis lagi di sini.

*

Waktu itu, gue baru nyampe Bandung. Seperti yang dikira: macet dimana-mana. Di jalan udah kayak cendol badak-badak besi yang nggak heran kebanyakan berplat B.

Hmm. Kayaknya Si Komo lagi liburan juga disana. Dasar lu, Mo. Ganggu aja.

Anyway, biar ga bosen, kita yang di dalem mobil memutuskan untuk bikin sebuah game. Cara mainnya simpel: harus baca tulisan apapun yang ada di sepanjang jalan bergantian tanpa boleh terputus. Yang ikut adalah om gue, kakak gue, adek gue, dan gue sendiri.

Permainan dimulai. Sahut-sahutan mulai terdengar.

'Honda!'
'Cicaheum!'
'Kiri jalan terus!'

Tapi adek gue diem doang.

'Ayo dong, kamu juga ikut,' kata om gue. Abis itu, game mulai lagi.

'Heritage!'
'Bakso atom!'
'Toko Mas Rajawali!'

Sekali lagi, adek gue diem.

'Ayo dong dek! Ga seru nih,' kata gue. Adek gue ngangguk. Sekali lagi, game di mulai.

'Purbaleunyi!'
'Sate ayam pak kumis!'
'Jual duren mateng pohon!'

Adek gue kali ini tersenyum. Terus dia teriak:

'Obat kuat!'

Thursday, December 24, 2009

When 2009 Meets An End

Ga kerasa kita udah sampe di penghujung tahun lagi. Enggak terasa, emang. Tampaknya waktu terus-terusan ngebohongin kita dan berjalan dengan kecepatan mengerikan. Mengerikan, ya.

Well, di tahun 2009 ini udah banyak yang terjadi, dan sekarang gue pengen melihat lagi apa yang telah gue lakuin di tahun ini.
Let's see...

1. UAN
Well, ya. Satu event yang bagi sebagian besar siswa di Indonesia merupakan mimpi buruk ini telah berhasil gue laluin dengan, yah, lumayan sukses. Gue dapet nilai rata-rata 9.15.

2. Lulus!
Ini emang tahun yang menyenangkan, karena akhirnya gue lulus SMP! Peringkat pertama, lagi!

3. Pensi dan reuni akbar
Event terakhir yang bisa gue dan Ozon'48 selenggarakan, yang ternyata merupakan pensi pertama di 40 setelah lima tahun. And we're successful on realizing it. Cool.

4. Masuk SMA
Dan dengan segala nilai yang bagus itu akhirnya gue sukses menjadi pelajar putih abu-abu di SMA 3 Jakarta. Keren.

5. Baseball
Yeah! Tahun ini gue bertemu dengan olahraga super menyenangkan ini. Hehe.

6. New friends and new people
Yes, I met new marvelous friends and people in my life. Could I ask anything better than that?

7. Kekasih
Oke, bahasa di atas terlalu formal. Bahasa bekennya... cewek. Found a special one in last month, dan mari kita lihat apa yang akan terjadi.

Selain itu juga masih ada, kayak tangan gue kena palu pas praktek elektro (baca), surat yang gue tulis buat komputer gue yang ngambekan (baca), gue didiagnosa berpenyakit karang gigi (baca), penyakit baru yang berhasil gue temukan setelah pensi (baca), sampe saat dimana gue akhirnya menemukan arti dan sejarah dari nama gue (baca).

Sebenernya kejadian-kejadian aneh di tahun 2009 ini masih banyak. Tapi, well... karena kemungkinan jari gue bertambah jumlahnya gara-gara kebanyakan ngetik sangat besar, maka gue ngerasa cukup itu aja yang gue tulis di post gue kali ini.

*

Speaking of 2009, selain hal-hal yang udah gue dapet, hal-hal yang menjadi resolusi gue tahun lalu ada juga yang belom tercapai. For example, gue belom berhasil dapet beasiswa.

Another one, tulisan gue juga belom sempet dimuat di majalah atau koran apapun. Ah, every hero starts from zero. Yang penting gue gak menyerah.

Tahun 2010 harus tercapai! Uoh!

Oh iya, masih ada lagi hal keren yang terjadi di tahun ini, yaitu: gue dapet peringkat pertama di kelas sepuluh semester pertama! Harus bisa pertahankan, dan pmdk akan ada di depan mata. Yeay! I love 2009 as I did in previous years and will do for the next ones!

Anyway... walaupun kecepetan...

Happy New Year 2010!

Tuesday, December 22, 2009

Cowok Merah-Biru Bersayap

Hey guys, I'm back to the blogverse!

Hueheheh.

See, I've been speaking a lot lately in twitter about how I hate procrastination. Tapi ternyata malah gue yang berprokrastinasi untuk ngeblog lagi. Ironis. Bau amis. Oh, emang gue belom mandi.

Pernah ada temen gue yang bilang 'Kalo lo terus nunda-nunda, lama-lama lo bakal hidup di hari kemarin.' At first, gue ga ngerti maksud dia apa. Tapi setelah direnungkan, ditelaah, dibawa semedi selama sepuluh tahun, gue mulai mengerti. Ternyata dia hanya seorang gay. Eh bukan. Ternyata kalo kita selalu menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dilakuin hari ini untuk dikerjain besok, ya sama aja 'besok' menjadi 'hari ini', dan 'hari ini' jadi 'kemarin'. Otomatis kita sekarang ada di kemarin, karena pekerjaan hari ini diubah jadi besok.

Hmm.

You know what? Let's get over it, gue aja lama-lama bingung ama omongan gue sendiri.

*

By the way: Happy Holidaaaay!

Ya, liburan udah dateng! Woohoo! Pergilah sana kesibukan selama 24/7! Die you die! *dendam kesumat*

Seperti yang kita tau, libur akhir tahun adalah saat-saat yang membahagiakan, dimana anak-anak sekolah ga lagi sekolah, orang-orang kantor ngambil cuti, dan banci-banci berubah jadi laki-laki. Well, yang terakhir mungkin ga ada hubungannya ama liburan, cuma udah pagi aja.

Honestly, gue belom ada rencana sama sekali liburan ini mau pergi kemana. Mau jalan-jalan, duit lagi tiris. Kalo di rumah aja, pengen keluar. Hidup memang kadang menyakitkan.

Speaking of liburan, gue sebenernya punya tipe liburan yang paling gue suka. Pergi ke tempat yang damai kayak di gunung, yang adem, yang walaupun ramai juga ga seramai Jakarta. Jakarta udah menjadi terlalu krodit, dimana-mana gue ngeliat plat D, AB, dan lainnya berkeliaran di jalan-jalan.

Atau kalo enggak gunung, ke pantai juga boleh. Yes, I need a peaceful place where I can relieve my mind from all the mess I got back here. Pengen relaksasi di tempat-tempat sejuk yang kaya akan nyanyian harmonis dari alam sekitar. Huah.

I need those!

Seandainya ada supermen yang akan menjemput gue dan membawa gue jalan-jalan keliling dunia. Dan kalo emang nantinya ada, sup, tolong celana dalemnya pake di dalem ya. Gue udah cukup dongo tanpa ada cowok keker merah-biru bersayap yang pake cd di luar berjalan di samping gue. Hii.

Eh, tapi beneran nih. Ada yang mau ngajak gue jalan ga? (konsekuensi ditanggung pengajak) Gue masih free loh. Free as a bird in the falling sky.

Wait, the sky is falling?!

Saturday, December 12, 2009

Reasons Of Being A Writer (my version)

Gue udah sering bilang di blog ini, bahwa gue bercita-cita jadi penulis. Yang terkenal, maksudnya. Karena cuma jadi penulis mah, anak kecil yang baru belajar nulis juga bisa.

Ya, di tulisan ini gue pengen cerita tentang cita-cita gue itu.

Mungkin banyak khalayak yang mikir kalo profesi ini enggak elit. Kalah sama pemain bola, pemain film, penyanyi, anak band, pejabat, dan profesi-profesi lainnya. Bahkan profesi-profesi yang barusan disebut seperti menjanjikan profit yang tidak sedikit. Jadi, kenapa gue milih pengen jadi penulis?

Jawaban pertama, adalah karena gue menemukan jiwa gue di bahasa. Gue suka baca, gue suka nulis. Nulis ngebuat gue nyaman. Gue bisa ngungkapin apa aja yang ada di kepala gue dengan menuangkannya di tulisan. Gue hampir bisa tau karakter setiap orang hanya dengan ngebaca tulisan mereka. Gue bahkan bisa dibilang spelling nazi--orang yang risih kalo bahasa digunain enggak dengan semestinya. Tapi enggak dengan pidato ya. Gue males berpidato, atau bahkan hanya ngomong di depan orang banyak. That's not my style.

Jawaban kedua, karena modal yang dibutuhin di profesi ini ga terlalu banyak. Jadi penulis paling hanya menguras waktu dan pikiran, tanpa dibutuhkan tenaga sedikit pun. Kecuali lo nulis sambil push up. Bicara duit juga, ga bakal ngeluarin banyak. Apalagi jaman sekarang yang udah modern. Nulis enggak harus di atas kertas. Bisa di PC, laptop, atau juga bisa di hp, dengan konsekuensi lo harus siap jari lo berbentuk six-pack.

Jawaban ketiga, karena gue suka berkhayal. Dan gue selalu gatel untuk menuliskan khayalan gue itu dalam bentuk cerita, sehingga gue juga ga cepet lupa.

Jawaban keempat, karena profesi ini juga bisa disandingkan dengan profesi lain. Misalnya nanti gue jadi ahli komputer, gue bisa bikin cerita berdasarkan ilmu gue itu dalam tulisan-tulisan gue. Atau misalnya nanti gue jadi dokter hewan. Nanti gue bikin cerita fabel yang berkisah tentang cinta antara tikus dan gajah, yang terhalang oleh ukuran gajah yang beratnya sejuta kali lebih besar dari tikus. Tikus masih berkeras menunjukkan cintanya pada gajah, tanpa kenal lelah. Ternyata tiba-tiba ada kucing yang ngejar-ngejar si tikus. Si gajah ngeliat, terus dia nginjek si kucing dengan kekuatan dua puluh truk. Si kucing gepeng dan mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Oh, kok jadi Tom and Jerry banget.

Well, empat jawaban diatas gue anggap udah mewakili alasan kenapa gue memilih profesi ini jadi cita-cita gue.

Tapi perlu gue ingetin, cita-cita ini berbeda dengan target gue. Target gue adalah mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya di bidang IT. Yes, gue enggak mau hanya jadi penulis kacangan berilmu rendah. Setidaknya bila gue enggak berhasil di satu bidang, gue masih punya bidang lain sebagai alternatif.

Anyway, gue ngerasa perlu ngasih tau sesuatu. Khususnya buat orang-orang yang menyanding prinsip 'go with the flow' dalam hidup mereka: hidup enggak semudah itu. Kecuali lo emang salah satu orang yang paling beruntung di dunia, lo ga bakal sukses dengan cara kayak gitu. Tetapin tujuan hidup lo. Dan lihat: lo akan lebih termotivasi dalam menjalani hidup demi mencapai tujuan tersebut.

Life's a choice, so, why don't we start to choose early?

New Look, New Name: Ada Alien Di Rumahku!

Mungkin semua udah bisa ngeliat, but for those who haven't, I'm proudly telling you that I've changed the blog looks, and also: the name!

Mungkin pada bingung kenapa nama blog gue jadi 'Ada Alien Di Rumahku!'. Jawabannya, karena gue pengen nyari nama blog yang fangki, yang gaul, dan terkesan anak muda jaman sekarang. Semua itu untuk menutupi bahwa sebenernya gue adalah om-om botak yang udik. Nggak deng.

Anyway, layout blog gue juga udah berubah lagi. Kayaknya kata-kata bosen enggak pernah ada habisnya keluar dari mulut gue ini. Well, akhirnya gue memutuskan untuk balik lagi ke simplisitas dalam mendekorasi blog gue. So, here it is. All white and red. Gimana enggak nasionalis.

Karena udah ganti nama, gue ngerasa perlu mengenalkan ulang blog gue lagi nih. Heheh.

Ada Alien Di Rumahku! adalah sebuah blog yang berisi segala hal di kehidupan gue, baik yang paling wajar maupun yang mengedepankan absurdisme. Di blog Ada Alien Di Rumahku! gue juga menyajikan opini-opini tentang banyak hal, kayak musik, politik, edukasi, dan lain-lain. Yah, pokoknya Ada Alien Di Rumahku! ditujukan hanya untuk bersenang-senang, tertawa, tanpa ada maksud untuk menyakiti perasaan siapapun. So, sit back and enjoy the ride!

Mungkin ada yang bertanya, kenapa alien? Kenapa enggak kambing atau robot atau semacamnya?

Kambing udah dipake dari jaman bahela sama Raditya Dika. Nah, kalo 'Ada Robot Di Rumahku!' terkesan gue kayak orang geek maniak sci-fi yang suka sama robot-robot pembantu urusan manusia. Enggak deh. Alien gue anggap sebagai gambaran yang paling pas tentang keanehan. Yang pastinya ada di blog ini.

Tapi tenang aja. Di rumah gue enggak ada alien beneran kok. Gue juga bakal kaget kalo misalnya di lemari gue tiba-tiba ada alien kontet yang nunjuk-nunjuk langit dan minta nelpon rumahnya, terus gue diajak naik sepeda terbang. Oh, kayaknya udah pernah dibuat film ya.

Dan akhirnya jadilah namanya: 'Ada Alien Di Rumahku!'. Waktu pertama gue pake nama ini di blog, adek gue yang masih kelas tiga SD nyamperin gue. Dia bilang, 'Aliennya siapa mas? Aku?'.

Dek, kamu bukan alien.
Kamu itu sigung. Bau.

*

Other note, dengan nama baru ini gue juga berharap bisa menambah semangat gue untuk terus ngeblog. Dan juga biar pembaca gue lebih banyak. Sebagai penulis, gue ngerasa seneng kalo banyak orang yang baca tulisan gue. Karena itu, gue akan terus berusaha supaya tulisan gue bisa menyenangkan banyak orang. Uoh!

Ada Alien Di Rumahku!

Monday, December 07, 2009

I Am Alien... Tapi Boong

Akhir-akhir ini gue batuk-batuk terus.

No, bukan batuk-batuk ganjen yang biasa digunain mas-mas buat godain mbak-mbak gatel. Ini bener-bener... batuk. Batuk yang menyebalkan, yang bikin dada sakit. Dan anehnya gue cuma batuk kalo gue lagi tiduran doang.

Kemungkinan pertama: gue alergi tiduran.
Kemungkinan kedua: gue hamil. Dem, ini kemungkinan yang paling serem. Masalahnya kalo nanti gue ke dokter terus gue positif hamil, gue pasti akan ribet... buat nyari bapaknya.

Saking kesel karena gue batuk-batuk terus, gue sering mukul-mukul dada gue sendiri. Which is sesuatu yang sangat bodoh, karena malah ngebuat gue mau muntah. Akhirnya gue memutuskan untuk minum obat komix. Komix doraemon. Oh, itu komik.

Hal ini menjadi sangat menyebalkan, apalagi kalo gue lagi telepon sama pacar gue.

Pacar: 'Kamu lagi ngapain?'

Gue: 'UHUK UHUK UHUK.'

Pacar: 'Udah makan belom?'

Gue: 'UHUK UHUK UHUK.'

Pacar: 'Makan dulu sana...'

Gue: 'UHUK UHUK UHUK.'

Kalo telepon gue disadap, pasti orang-orang yang denger bakal ngira pacar gue lagi ngomong ama alien.

*

Other note, minggu kemaren adalah exam week.

Ya. Lagi.

Kali ini adalah ulangan akhir sekolah atau yang nama bekennya UAS. Keren amat ulangan punya nama beken? Kalah gue, yang tiap hari dipanggil Alexander. Oke, itu gue boong.

By the way, ulangan kali ini pun--walaupun masih ada yang nggak lulus--hasilnya cukup memuaskan. Yah, enggak parah-parah amat lah. Masih lumayan. Tenang aja, masih di atas rata-rata, jangan khawatir. (kok ini gue jadi malah kayak ngeyakinin diri gue sendiri?)

Tapi emang bener. Setidaknya masih lebih baik dari banyak temen-temen gue yang sayangnya dapet hasil yang kurang. Ga percuma lah udah bela-belain duduk di depan dan mencoba nangkep apa yang guru ajarin. Hap. Lalu ditangkap.

However... gue tetep ngerasa kalo hasil ulangan ini juga masih belom maksimal. Harusnya gue bisa lebih! Pasti abis ngeliat nilai gue selalu belom puas, kenapa enggak belajar lebih biar bisa dapet nilai yang lebih juga. Tapi nasi udah jadi bubur. Lembek-lembek gitu. Hii. Enakan nasi aja, pake rendang. Daripada bubur.

Oke, ngelantur.

Intinya, gue ga mau nantinya gue nyesel ga dapet PMDK gara-gara nilai semester satu ini jelek. Jadi, plis bu Cut, tulislah nilai yang bagus di rapot ananda! Agar ananda bisa mendapat PMDK di tahun ketiga! Uooh!

Bu Cut for president!

Friday, November 27, 2009

The Inventors: A Great TV Show!

Siang itu gue lagi nonton TV di kamar apartemen nenek gue. Gelap-gelapan, sunyi, sendirian. Em, ini gue nonton TV apa maling?

Anyway, di apartemen nenek gue itu ada beberapa channel tv luar negeri yang ketangkep antena parabolanya. Karena cenel-cenel Indonesia saat itu lagi tidak menggiurkan, gue mulai iseng-iseng memainkan jempol ke cenel luar negeri.

Cenel pertama, umm... gue enggak tau itu cenel mana. I don't know the language, so, gue hanya mendengar suara kumur-kumur. Mungkin perancis atau meksiko, atau mungkin cuma tv zimbabwe. Lalu gue pindah channel lagi dan menemukannya: Australia Network.

Kenapa gue milih channel ini? Karena orang-orangnya ngomong dengan logat British. Ihiy. Me really likey.

Saat itu, channel AN pas banget lagi ganti program. Layar menampilkan gambar karikatur (well, bukan karikatur sih, lebih tepat kayak model dua dimensi) otak manusia diikuti dengan kata-kata THE INVENTORS.

(Wow. Dari judulnya aja ketauan ini acara keren. Lanjut!)

The Inventors adalah acara semacam talkshow yang menghadirkan inovator-inovator di Australia dan memberi kesempatan pada mereka untuk melakukan presentasi tentang benda atau hal yang mereka ciptakan. Hostnya adalah seorang Australia berumur kira-kira empat puluhan, botak, dan berbicara dengan logat british yang kental dengan bibir yang nggak nyantai. Tapi bagaimanapun, gue akuin bahwa dia adalah host yang keren, karena dia bisa ngebangun suasana.

Di acara tersebut juga menampilkan tiga juri. Masing-masing punya tugas sendiri-sendiri, yaitu sebagai penilai desain, penilai orisinalitas dan efektivitas, dan penilai prospek jangka panjang dari inovasi tersebut. Dan tampak banget kalo ketiga juri itu merupakan ahli di bidangnya masing-masing.

Saatnya menampilkan para kontestan.

Inovasi pertama yang ditampilkan adalah milik seorang pemuda surfer yang berumur kira-kira dua puluhan bernama Matthew Graham. Dia menciptakan sebuah surfing bag multifungsi; sebuah tas berbentuk menyerupai dan seukuran surfing board yang mempunyai beberapa lapis. Satu lapis untuk menyimpan papan surfing nan panjang, satu lapis dengan kompartemen-kompartemen untuk menyimpan barang-barang seperti sunblock, handuk, dan perlengkapan lainnya, serta satu lapis lagi yang kegunaannya nggak dikira: sebagai sleeping bag! Jadi kalo kita capek abis surfing dan pengen istirahat di tepi pantai, tas tadi dapat berguna dan sangat nyaman, karena terbuat dari bahan yang empuk dan memberikan kesan sejuk. Tas itu dijual seharga 600 dolar Australia.

Kedua adalah ciptaan seorang ahli dunia internet, Edward Dimple, yang dulunya mengalami kesulitan ketika berada di cafe dan lupa membawa uang tunai. Inovasinya adalah M-Hits. M-Hits adalah sebuah fasilitas untuk melakukan pembayaran hanya dengan mengirimkan sms. Pengguna harus membuat akun melalui internet dan menyetor uangnya ke sana situs tersebut, lalu mereka bisa melakukan pembayaran tanpa tunai di cafe-cafe yang mempunyai fasilitas M-Hits tersebut yang ternyata sudah banyak di Australia. Berdasarkan efektivitas dan efisiensi, produk ini menunjukkan kapasitasnya.

Yang ketiga merupakan sebuah alat kesehatan yang diciptakan oleh seorang dokter orang lansia bernama Helene. Produknya diberikan nama M.U.M.A atau Multi Use Mobility Aid. M.U.M.A adalah sebuah alat bantu bagi seorang perawat dalam memberikan mobilitas bagi pasien yang tidak cukup kuat lagi untuk bergerak sendiri. Alat tersebut bisa membantu pasien bangkit dari posisi tidur, berdiri, duduk, dan hal-hal sulit lainnya yang sering menyusahkan orang-orang tua yang kekuatan tubuhnya sudah berkurang.

Acara The Inventors juga enggak terkesan garing karena si host-botak menyisipkan banyak kelakar-kelakar segar di setiap kata-katanya. Bukan cuma sang host, para juri juga melontarkan beberapa lelucon, yang membuat gue berpikir bahwa orang-orang Australia itu humoris.

Acara berlanjut ke penilaian. Host meminta para juri untuk menentukan, atas dasar kegunaan, efisiensi, orisinalitas, dan desain, produk mana yang paling unggul dari yang lain. Terjadi perdebatan seru. Sang ahli desain memilih Multi-purpose Surfing Bag karena ia memandang benda itu sebagai sesuatu yang sangat efektif untuk perjalanan. Sang ahli prospek memilih M-Hits karena menurutnya produk itu akan berhasil di masa depan. Dan juri satu lagi kesulitan memilih antara M-Hits dan M.U.M.A.

Tapi pada akhirnya, juri yang terakhir memilih M-Hits, sehingga membuat Edward Dimple mendapatkan trofi sebagai Best Inventor. Kedua inventor lainnya menyelamati sang pemenang dengan senyum.

Menurut gue, acara ini mempunyai konsep yang bagus: mendukung para inventor, menghibur, dan menginspirasi penonton untuk meng-invensi barang-barang lain yang bisa berguna untuk kehidupan sehari-hari. Para kontestan dan juri juga cukup sportif dan menarik, sehingga ngebuat The Inventors menjadi acara yang patut ditonton. Apalagi, dalam acara ini sama sekali tidak ditampilkan commercial break. Uah, puas banget nontonnya.

Setelah nonton acara itu, gue keinget acara-acara TV Indonesia yang enggak lepas dari selingkuh, banyak reality show yang sejenis tapi nolak kalo disebut latah, pocong, shitnetron, dan hal-hal ga penting lainnya.

Dan gue berpikir:
Indonesia really needs new inventors.

Wednesday, November 25, 2009

Laut, Body Surfing!

Srek, srek, srek, srek. Gue berlari dengan kecepatan tinggi di pantai, mengarah ke laut. Lalu -syut- gue lompat.

Byur.

Kepala gue muncul keluar dari air, dengan baju yang basah kuyup.

Yeah! Udah lama gue nggak ngerasain kebebasan kayak gini. Gue ngeliat anak-anak yang lain juga pada langsung berlompatan kayak walrus ke laut. (emang walrus bisa lompat?)

Saat itu, gue lagi di Anyer. Ngerayain ulang tahun klub baseball gue, Teladan. Jadi hari Sabtu itu anak-anak baseball dan softball, dari yang masih di SMA 3 sampe yang udah kuliah dan senior, ngumpul. Nginep disana.

"Hey, Bob!" panggil Innu, temen gue. Dia juga udah nyebur ke laut. "Body surfing, yok!"

Wah, boleh juga tuh, pikir gue. Lumayan, udah sampe ke sini, kenapa enggak? Itung-itung nambah pengalaman. Oke, ketauan deh kalo gue belom pernah body surfing.

"Ayo, nyewa dimana?" kata gue.

"Noh," Innu nunjuk ke satu orang anak sekitar yang kulitnya item kebakar matahari sambil bawa-bawa papannya. Sekilas, dia mirip Lintang di Laskar Pelangi. Tapi gue inget ini di Anyer, bukan Belitong. Si Lintang (anak tadi), ngeliat gue ama Innu nunjuk-nunjuk, nyamperin kita.

"Nyewa, mas?" katanya. Kata-katanya kedengeran kayak gue sama Innu adalah om-om yang mau nyewa dia buat semalem. Gue mau jawab, "Enggak dek, kesian adeknya. Masih sekolah. Nanti aja, sepuluh tahun lagi, ya?" tapi ga jadi. Takutnya dia nanti malah tersinggung, terus bunuh diri. Serem.

Ehem. Oke, ngelantur.

Singkat cerita jadinya gue sama Innu nyewa papan body surfing dan langsung meluncur lagi ke laut. Here comes the challenge! Uoh.

Ombak saat itu udah lumayan gede. Saat itu udah jam setengah lima sore, jadi udah mulai pasang. Dan bagi gue yang selama ini menjadi anak kota, ngeliat ombak gede-gede gitu, merasa ombak itu nantangin gue. Langsung gue masuk ke air agak jauh dari pantai, nunggu satu ombak yang enak untuk dinaikin.

Dan ombak itu pun datang. Gue sama Innu udah masang posisi. Tiga, dua, satu--

Wuuuusssh! Gue langsung meluncur di atas ombak sampe ke pantai. Innu ngelakuin hal yang sama, juga beberapa anak lainnya.

El fantastico. Rasanya kayak ngendarain kuda yang lari kenceng. Padahal gue belom pernah nunggang kuda yang lari, paling jalan pelan doang.

Dan ini, nagih.

Gue langsung ke laut lagi, mengulang-ulang beberapa kali. Mungkin gue waktu itu kayak anak kecil yang nemuin mainan baru dan mainin dengan gila-gilaan. Ya, ini sangat menyenangkan. Muahahahahah.

"Ati-ati Bob, udah pasang nih airnya!" kata Yogo, temen gue juga.

Gue ngebantah. "Aah, biarin aja. Santaaai," kata gue dengan songongnya. Lalu gue balik lagi ke laut.

Pas udah nyampe tempatnya, gue nungguin ombaknya dateng. Dan bener aja; ombak setinggi dua meter lebih tiba-tiba muncul. Gue langsung masang posisi dan lompat tepat pada waktunya. Gue meluncur lagi ke pantai.

"Wooohoooo!" teriak gue kegirangan. Tapi tiba-tiba--

Byur!

Papan seluncur gue teguling. Beruntung, saat itu gue udah deket dari pantai, jadi airnya cetek. Tapi ga enaknya, gue pas jatoh jadi kena pasir. Suakiiiit!

Innu lari datengin gue. Gue kira dia mau nolong. Ternyata:

"Bego lo Bob! HAHAHAHAHAHAHA!"

Kampret.

*

Jujur, sebenernya gue agak takut sama laut. No, gue bukan kena rabies. Tapi gue takut laut karena: gue nggak tau apa yang ada di balik air yang biru itu. Mana tau kita kalo tiba-tiba di deket pantai ada karang tajem, atau ada hiu, atau yang paling parah: ada bencong yang berdandan ala putri duyung yang tiba-tiba berenang ke arah kita.

Men, itu pasti sangat menakutkan.

Tapi yah, perjalanan kali ini emang asyik. Udah lama gue nggak main ke alam bebas kayak gini lagi. Belakangan, gue cuma mendekam di rumah tanpa pergi kemana-mana. Yeah, mungkin gue udah berubah menjadi cupu.

Tapi toh, gue akhirnya ngerasain lagi.

Kapan ya gue liburan ke gunung?

Another Excuse From The Very Own Me

Hi there. Miss me?

Udah lama banget gue enggak nulis. Yah, mungkin juga posting kali ini cuma buat pembelaan gue aja atas kevakuman gue dari dunia blog selama ini.

Sebenernya sih, hampir setiap saat gue pengen banget ngeblog. Blogging addicts me. But therefore, banyak hal yang lebih tinggi prioritasnya untuk dikerjakan. So well, blog gue terbengkalai deh.

Anyway, gue jadi semakin jarang nulis karena semua tulisan gue kayak udah tercurah di twitter. Then again, ya, gue lagi-lagi menyalahkan situs jejaring sosial yang satu ini. Damn you twitter!

Well, tapi yang paling berpengaruh dalam vakumnya blog gue adalah: gue nggak tau mau nulis apa.

Jujur, akhir-akhir ini hidup gue terbagi jadi dua. Ada momen yang terlalu biasa untuk dituliskan, dan momen yang terlalu penting untuk dituliskan. Alhasil, gue enggak nulis sama sekali.

I know this sucks, karena gue juga bertanya ke diri gue sendiri: katanya lo mau jadi penulis, kok, nulis blog aja lo angin-anginan? Tapi ya mau gimana. I'm shattered and delighted at the same time. Jadi akhirnya sekarang gue memutuskan untuk nulis lagi. Sebisa gue.

Anjrit, kedengeran cengeng abis.

Lagipula, belakangan hidup gue lagi banyak masalah. Mungkin sedikit banyak itu juga berpengaruh.

Gue tau, ini keliatannya nyari-nyari alesan banget. Tapi, yah... gue ngerasa bersalah ninggalin blog gue begitu lama.

So, here I was, and here I am. Back to the story, guys!

Saturday, October 31, 2009

Hallo Hallo Halloween

31 Oktober adalah hari Halloween.

Ya. Halloween. Hari dimana orang-orang mengesampingkan hidup mereka sebagai manusia dengan berdandan ala hantu. Di film-film, gue sering ngeliat pas halloween ada yang berpakaian kayak vampir, werewolf, devil, hunchback, zombie, drakula dan lain-lain. Tidak lupa juga Jack-o'-Lantern dan permennya. Dan menurut gue, itu sangat keren.

Tapi kenapa Halloween enggak dirayakan di Indonesia?

Pertama, mungkin karena pada dasarnya Halloween adalah perayaan umat Kristiani. Di Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, perayaan tersebut mungkin agak bertentangan dengan keyakinan para Muslim.

Kedua, karena setan-setan di Indonesia sangat merepotkan. Gue enggak tau ada orang yang mau ribet-ribet berdandan ala Pocong. Ya know... dengan segala 'keterikatan' itu, tampaknya orang-orang akan memilih untuk berpakaian seperti manusia biasa aja.

Lain halnya kayak di Amerika sana, yang setannya sangat mendukung untuk ditiru. Misalnya kayak Drakula yang cuma harus pake jas berkerah setinggi tiga puluh senti atau vampir kayak di film Twilight yang berarti kalo mau jadi vampir harus punya wajah ganteng. Which is, sangat cocok buat gue. Karena gue ganteng? Enggak. Karena gue ngisep darah. Darah mudah. Lagunyah Koesh Plush.

Anyway, kalo pertanyaannya sekarang ada pesta Halloween, terus dandanan yang gue pake apa, gue akan jawab... ga ada. Untuk apa? Muka gue kan udah serem. cokelat dan penuh jerawat udah cukup untuk membuat para tuan rumah ngerasa terintimidasi dan ngasih permen ke gue.

Tapi, ya udahlah. Daripada ngerayain Halloween, mendingan ngerayain Malam Satu Suro. Lebih serem.

Presiden Pangkalan Ojek

Hidup di Jakarta, hanya sedikit orang yang bisa lepas dari ketergantungan akan jasa angkutan umum. Salah satu yang paling sering didenger mungkin adalah ojek motor.

Ya, ojek. Di posting ini, gue bakal ngebahas tentang kendaraan umum roda dua yang satu ini. Kenapa gue nulis tentang ginian? Tanya dokter. Kenapa dokter? Karena semua orang percaya sama dokter. Dokter bilang gue ganteng, ya gue percaya gue ganteng. Karena itu gue bayar mahal buat ke dokter.

*

Disadari atau tidak, ojek motor udah mendampingi hidup mayoritas orang di Jakarta dalam menempuh jalan menuju tujuannya. Banyak manfaat yang bisa kita dapet dari tukang ojek. Dia selalu nganterin kemana kita mau, terima aja kalo kita suruh muter-muter, selalu ngebuatin makanan, selalu ngerawat kalo kita sakit, nyapu, ngepel, nyetrika... kayaknya gue ketuker antara ojek sama pembantu.



Ojek adalah salah satu angkutan yang relatif murah. Murah, tergantung jarak dan bobot badan. Terkadang ojek meminta uang lebih kepada orang yang badannya 'besar' dengan alasan 'bawa dua orang'. Hemm, masuk akal.

Anyway, gue sendiri waktu SMP juga punya langganan ojek. In fact, ada satu pangkalan yang isinya ojek langganan gue semua. Sempet gue mau namain 'Pangkalan Ojek Bobby Sejahtera' tapi batal, mengingat penderitaan yang mungkin diderita anak gue nanti kalo tau nama bokapnya bukan jadi nama jalan, sekolah, tapi pangkalan ojek.

Mungkin nanti anak gue bakal nanya, "Yah, pangkalan ojek Bobby Sejahtera itu punya Ayah ya?" Gue akan jawab dengan: "Bukan, nak. Itu pangkalan ojek punya Bobby Sadino."

Kembali ke pangkalan ojek langganan tadi. Pangkalan itu terletak di deket puskesmas Pejompongan. Kalo gue lagi jalan ke arah sana, bahkan masih jauh pun salah satu tukang ojeknya ada yang ngangkat tangan. Karena ditodong. Eh, maksud gue karena nawarin diri (ini tukang ojek apa psk?) untuk meng-ojeki gue pulang.

Gue curiga kayaknya di tempat nongkrong para tukang ojeknya ada sensor yang bisa menangkap kehadiran gue dalam radius lima puluh meter. Hebat, gue ngerasa jadi presiden. Presiden pangkalan ojek.

Elit abis.

*

Ketika udah SMA, frekuensi gue naik ojek berkurang jauh. Hal ini karena gue udah berpaling kepada bis dan angkot, yang harganya jaaaaaaaaaauuuuuh lebih murah. Dari sekolah sampe rumah total uang yang gue abisin buat ongkos hanya dua ribu.

Tapi gue bingung. Beberapa tukang ojek tampaknya begitu memaksa mendapat tumpangan.

Contohnya begini. Di ujung jalan depan St. Regis yang sangat indah nan rapi sampai-sampai kalo jalan di sana menipiskan sol sepatu dan kalau naik motor lo akan merasakan getaran bagai vibrator alami dari jalan penuh batu itu, ada pangkalan ojek yang panjang.

Kalo gue lewat situ, tukang ojek yang terdekat ngangkat tangannya. Karena gue ga naik ojek, gue geleng.

Tukang ojek berikutnya, gitu juga.
Tukang ojek setelahnya, gitu lagi. Sampai ujung antrian.

Pertanyaan gue, kenapa ojek setelahnya enggak sadar kalo gue ga mau naik ojek setelah gelengan gue yang pertama? Masih aja mereka menawarkan jasa, berharap kalo tiba-tiba di tengah jalan gue kena ambeyen dan berubah pikiran untuk naik ojek.

Begitu juga di pangkalan ojek benhil. Dan yang bikin susah, pangkalan ojek di sini panjang banget. Empat kali lebih panjang dari St. Regis, karena sepanjang jalan ada ojek. Engsel kepala gue sampe kerasa mau copot saking seringnya nggeleng.

Huah.

*

Nevertheless, tukang ojek tetep menjadi pilihan gue kalo mau ketempat-tempat yang enggak bisa gue jangkau dengan angkutan umum lain (baca: males). Karena at least ojek lebih cocok dengan budget dompet gue daripada taksi.

Apa diantara Anda masih sering menggunakan ojek? Semoga selamat sampai tujuan. Periksa barang bawaan anda, dan hati-hati melangkah. Damn, ketauan deh kalo yang suka ngomong di transjakarta itu gue.

I Had My Break... Up

You know,
kadang gue mikir.

Menulis yang baik adalah menulis yang jujur.
Dan jujur, sekarang perasaan gue lagi campur aduk.

Sering gue beranggapan bahwa kesedihan enggak bisa ditolerir di blog gue ini. Gue ngebuat blog untuk senang-senang. Cerita-cerita sehari-hari, pengalaman-pengalaman gue, hal-hal yang amat sangat ultra mega kurang penting untuk dijadikan teladan bila anda adalah seseorang yang beradab.

Tapi mengingat ungkapan di atas tadi, well...

I just broke up.

Ya, dengan dia 'yang diharapkan', begitu gue nyebutnya dulu. Alasannya karena kita jarang komunikasi. True, gue sama dia udah jarang ngobrol lagi sejak gue masuk SMA. Tapi tetep aja kejadian ini adalah a hit on the head.

Dem.

Tapi kemudian gue mikir lagi, apa sih, gunanya sedih? I should let the past be, and live my life forwards.

Kesenangan jaaaaaaauh lebih asik. Mendingan kita ketawa-ketawa. Bahkan, gue pernah dikasih tau ama guru gue kalo setiap kita tertawa, umur kita menjadi lebih panjang lima menit! Oke, mulai sekarang gue bakal nabung tawa. That sounds really weird indeed.

Jadi di sini gue, dengan mengangkat dagu, menyingsingkan lengan baju, memandang lurus ke depan dan mulai berjalan.

Karena apa yang ada di depan, pasti jauh lebih menyenangkan.

First Game, First Impression

Guten taag! Wie geht's?

Ehem.

Gue enggak bermaksud pamer Bahasa Jerman gue yang waktu uts dapet 100 (oh, itu barusan pamer ya?).

*

Gue masuk tim. Tim penolak klub poligami. Oh, bukan. Gue emang ga seneng ama klub itu. Masa poligami sama empat perempuan? Maksud gue, KENAPA CUMA EMPAT?

*Diem*

Anyway, gue beneran masuk tim. Ya, tim inti baseball sekolah gue. Dengan nomer punggung 99 dan posisi outfield, gue masuk tim. Yeah! Yeaaaaaah! Dan gue ikut bermain dalam Turnamen Pelajar X dengan membawa nama SMA 3. Sampai hari ini, 3 udah ngelewatin tiga pertandingan. Dengan dua menang dan satu kalah.

Tiga menang lagi, and we'll be in the final.

*

Waktu pertama kali main, perasaan gue... gimana ya?

Deg-degan, iya.
Seneng, iya.
Takut salah, iya.
Panik, iya. Soalnya gue enggak pake celana dalem. Oke, yang itu gue boong.

Being in the field for the first time isn't like a practice. Lo bakal masang muka serem dan terus ngeliatin pitcher dan bola, kalo-kalo tiba-tiba bolanya pecah dan tangan pitchernya copot. Eh, maksud gue kalo-kalo bolanya kepukul dan melayang ke arah lo.

Waktu pertandingan pertama, itu terjadi.

Bola tiba-tiba kepukul dan menggelinding dengan cepat ke arah gue. Dan gue sambil menahan keinginan untuk teriak histeris kayak cewek langsung berlari ke arah bola dan memasukkannya ke dalam glove. Yes, dapet! Dan gue langsung lempar ke arah 2nd.

Tiba saatnya berdiri di batter box. You know... kotak persegi panjang tempat orang mukul bola itu. Ya ketika masuk ke sana, kalo orang yang mentalnya enggak kuat pasti langsung nangis dan ngasih pemukulnya ke catcher sambil bilang, "Lo gantiin gue ya, gue takuuuuut."

Hidupnya enggak akan lama lagi. Dia akan ditelen sama si pelatih.

*

Line-up tim SMA 3 untuk TP-X:
Madon, Aul, Michael, Ais, Haikal, Yan, Shodi, Anky, Barry, Aziz, Faiz, Bobby, Innu, Ridho, Yoga, Zaka, Radit, dan Adrian.

Come on guys, let's play hard!

Aum!

Friday, October 16, 2009

Menggila Bersama Rossa

Good day, angels. (oke, gue kedengeran kayak Charlie.)
Good day, twitterlings. (nope, ini bukan twitter.)
Good day, umm... good people. Yeah. That's more like it.

Sudah beberapa waktu ini gue bebas dari hal-hal yang memalukan seperti dulu waktu gue sd dan smp. Hidupku tenang, aku bebas! Sampai hari ini.

*

Minggu ini adalah exam week. Jadi dari Senin sampai Sabtu gue menjalani ulangan bersama untuk semua mata pelajaran. Tapi, kita bukan mau ngomongin ulangan, kan? Jadi... lanjut, gan.

Selama ulangan ini gue masuk jam 10:30. Ya, setengah sebelas sodara-sodara. Which means: tambahan waktu untuk tidur! Yeaaaah.

Tapi entah kenapa, giliran dikasih waktu lebih, gue malah jadi bangun pagi. Gue bangun jam lima, jam enam. Sepertinya tidur lama enggak cocok untuk gue. Mungkin karena gue morning man, yaitu orang yang kerjaannya selalu bangun pagi. Karena kebelet pipis.

Enough with the sleeping-thing!

Hari ini, gue lagi asik twitteran. (Gue tau gue harusnya belajar. But... so what?) Ternyata temen-temen sekolah gue juga banyak yang lagi online.

FYI, gue dulu waktu smp pernah ikut study tour ke Pulau Onrust, di Kepulauan Seribu. Karena pengen tau, siapa tau ada temen sma gue yang juga waktu itu ikut, gue ngetweet sebuah pertanyaan: "Dear followers, ada yang waktu smp pernah ikut study tour ke Pulau Onrust?"

Tiba-tiba temen gue, Rossa Ayu Sabilah, merespon dengan jawaban positif. Wah, seru nih! Ternyata temen sma gue ada yang ikut juga. Mulailah kita bertukar cerita.

Si Rossa bilang, "Lo inget gak sih bob ada smp yang ceweknya nyanyi talak tilu??? jangan-jangan itu dari smp lo lagi. HAHAHA"

Jujur, gue ga inget. Tapi karena enggak mau nyakitin hati orang, gue alihin dengan pertanyaan lain.

"Inget enggak lo anak cowok yang nyanyi Letto - Ruang Rindu dan sukses salah lirik? Itu gue."

Ya, waktu itu gue dengan gagah petantang-petenteng maju ke depan dan request lagu Letto tersebut kepada sang organ tunggal. Ternyata di bagian akhir lagu gue salah lirik. Enggak terlalu parah sih sebenernya.

"Yang mana? Gue gak inget, Bob," katanya inosen.

Gue gondok.
No, enggak gondok karena kekurangan yodium, tapi karena gue udah nahan-nahan mau bilang ga inget eh dia ngomong begitu dengan bahagia seolah tidak ada apa-apa.

Kita udah tau kalo kayaknya cerita ini ga klop. Sampai satu ketika:

"Sampe sekarang gue masih suka pake baju oren itu lohhhh. Hahaha," tulis Rossa.

"Oren? Bukannya bajunya warnanya putih ijo ya?" balas gue.

"Oren kok, Bob," tulis Rossa lagi.

Gue diem.

Terus Rossa nanya, "Waktu kelas 8 bukan Bob?"

"Gue kelas sembilan..." bales gue.

Rossa dan gue diem.

Saat ini,
kita sudah masuk acara Kena, Deh!

*

Jujur, itu adalah momen yang memalukan. Apalagi setelah gue sadar gue ama dia ngobrol di tempat publik yang bisa dibaca seluruh orang di dunia yaitu di twitter.

Jujur, gue dan Rossa ngakak abis itu.

Dan jujur,
ada enggak yang ikut study tour Onrust tahun 2008?

Friday, October 02, 2009

Padang, Rendang, Bagindo Digoyang

Gue pengen nasi Padang.

Entah kenapa tiba-tiba gue pengen nulis tentang Padang. Nyokap gue pernah bilang begini:

"Entar kalo udah gede, kamu nikahnya sama orang Padang ya."

Kenapa? Karena makanan daerah Padang itu enak-enak. Terutama favorit gue, rendang. Kalo gue nanti nikah ama orang Padang, setiap hari gue bakal minta rendang sebagai sarapan, makan siang, makan sore, makan malem, makan larut. Tapi niat itu gue urungkan, karena mengingat harga daging yang mahalnya minta ampun.

Huah.

Gue paling suka kalo bokap gue udah bawain nasi Padang. Bahkan bokap udah tau menu kesukaan gue, yaitu nasi, rendang, kuah gulai, sambel ijo. Wuah. That's heaven!

Haha.

*

As we know, baru-baru ini Padang diguncang bencana gempa yang dahsyat. Gue nonton berita di tv, katanya jumlah korban meninggal mencapai angka lima ratus dan terus bertambah. Ada dua mahasiswa yang selamat setelah 42 jam terjebak di reruntuhan. Puluhan siswa tertimbun dinding sekolah yang runtuh. Belasan peserta bimbel juga terjebak di reruntuhan tempat belajarnya. Dubur seorang teroris rusak, dianggap sebagai hasil sodomi. Oh, kita bukan lagi ngomongin Nurdin Tank Top.

Jujur, gue sedih denger berita gempa ini.
Jujur, gue berharap kejadian ini ga berpengaruh sama kemampuan memasak orang Padang.
Jujur, gue ngakak pas denger berita tentang dubur Noordin.

Rumah sakit M. Jamil penuh sama korban-korban bencana. Malah tenda-tenda darurat didirikan, karena ruangan rumah sakit tidak mencukupi jumlah korban. Sungguh mengenaskan. Gue pengen bantu, tapi apa daya seorang pelajar ingusan yang kerjaannya makan mulu seperti saya ini?

Yang ada pas nyampe sana bukannya gue nolongin korban bencana, gue malah nyari rumah makan Padang.

Hemm.

Gue mikir (ya, gue masih bisa mikir), apakah gempa ini mempengaruhi rumah-rumah makan yang ada di sana? Kan nanti aneh kalo ada rumah makan yang menu spesialnya Gulai Gempa, atau rumah makan baru yang namanya Bagindo Digoyang. Kedengeran kayak konser dangdut abis.

*

Walaupun begitu, kayaknya ada oknum-oknum yang memanfaatkan kejadian ini sebagai lahan mencari bisnis. Ibarat pepatah: memancing di kolam Pak RT. Eh, salah: memancing di air keruh.

Gue denger, ada seseorang Jakarta yang lagi kerja di Padang. Pas hari gempa itu, dia udah mau pulang ke Jakarta. Saat terjadi gempa, dia ngerekam layaknya kameraman amatir, mendokumentasikan bencana tersebut. Ketika dia selesai dan mau ke bandara, dia naik taksi. Tarifnya? Lima ratus ribu. Buset.

Ada lagi, harga tiket pesawat jurusan Padang (kayak bis) melonjak drastis. Dari Jakarta ke Padang, harga tiket salah satu maskapai penerbangan adalah delapan ratus empat puluh ribu. Yang lainnya, ada yang sampe satu juta tiga ratus. Are you kidding? Mereka lagi ketimpa bencana! Apa lo ga punya perasaan?

Gue malah salut dengan maskapai AirAsia yang dengan programnya AirAsia Charity bersedia menyediakan 148 kursi gratis untuk penerbangan Jakarta-Padang-Jakarta. Padahal kita tahu, AirAsia itu punya Malaysia. Negara tetangga aja mau bantu. Kalo Garuda? Enggak ada sama sekali.

What's wrong with you people?

*

Anyway, gue berharap Padang dan sekitarnya yang terkena gempa bisa pulih kembali seperti semula. Don't give up, guys!

Let's help Padang! Indonesia Unite!

Tuesday, September 29, 2009

Newsflash! Aye!

Update-update lagi aah.

1. Gue tau, mungkin udah ratusan kali gue bilang di blog ini, bahwa I've been a very bad blogger. Then again, don't blame me! Blame twitter! Therefore, follow me on twitter! http://twitter.com/bobbypriambodo! Huahaha.

2. Oh iya, gue lupa ngucapin ini.

Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari raya Idul Fitri 1430 H.

Telat abis, gue tau. Tapi gue kemaren-kemaren gue lupa terus mau nulis. Yah, baru sekarang deh kesampean.

Speaking of lebaran, untuk para manusia yang masih tergolong anak-anak dan remaja pasti tak asing lagi dengan istilah angpao/salam tempel/thr. Dan selama grafik pertumbuhan usia semakin naik, maka jumlah thr dari tahun ke tahun pun semakin turun. Huah. Rese.

Tapi the good news is, uang lebaran gue masih banyak! Mueheheh.

3. Sebetulnya, di musim liburan ini, sekolah gue ngasih banyak pr. Tapi... gue totally lupa. Hemm.

4. Kembali ke tiga hari sebelom lebaran, gue sempet sakit berat. Malem-malem, jam 9 sampe jam 6 pagi. I'll tell you later about it.

5. Hari Minggu kemaren akhirnya gue latihan baseball lagi. Ya. AKHIRNYA. Glove gue udah merengek-rengek minta dipake tuh. Which is, serem juga kalo tiba-tiba glove gue beneran narik-narik baju gue. Oh yeah, jadinya Minggu kemaren gue latihan batting. Sekali lagi, AKHIRNYA. Gue bisa ngerasain mukul bola kecil itu menggunakan bat yang sering gue liat di PS Manhunt digunakan untuk mukulin orang. Mwahahahaha.

Upcoming event: Turnamen Pelajar X, tanggal 12 Oktober. Teladan bakal main. Dan tim diperkuat lima belas orang. I have to be on that team! Uoh!

6. Gue baru bikin Tumblr. Oke, gue tau gue sangat #ketinggalanjaman. Tapi... who cares? Visit me at http://pelajarbodoh.tumblr.com

7. Gue lagi suka ngomong pake bahasa bajak laut nih. Haha. English, of course. Karena gue belom pernah liat film bajak laut Indonesia. Adanya Mancing Mania.

*

Okay. Gue ngerasa tempo gue nulis hari ini agak sedikit cepat. Enggak seperti biasanya. Tapi biarin lah.

That's it for now, lad.

Aye! Catch ya' later! Savy?

Monday, September 28, 2009

And That Growing Up Thing

Gue ngerasa,
gue berubah.

Bukan, bukan berubah jadi Power Ranger Merah. Ataupun berubah jadi psycho dan homo serta mulai memotong-motong orang kayak seorang pelaku mutilasi dari daerah asalnya Dewi Persik itu. Enggak, gue cuma ngerasa gue udah enggak kayak dulu lagi. Contohnya, sekarang gue ngupil pake tangan (emang biasanya pake apa?).

Anyway, gue beneran ngerasa sifat gue berubah. Yang paling kerasa sih kayaknya gue jadi enggak lucu. Kalo lo merhatiin gue di twitter (sekaligus promosi twitter gue @bobbypriambodo ^o^), gue jarang ngeluarin banyolan-banyolan lagi. Lebih sering curhat.

Inikah yang dinamain beranjak dewasa? Atau justru gue malah jadi kekanak-kanakan?

Hmm.

*

Speaking of growing up, gue sering mikirin gimana gue nanti kalo udah dewasa.

To be honest, sebenernya gue itu orangnya sangat parent-ish. Gue punya kecenderungan protektif, terhadap siapa pun atau apa pun yang gue sayang.

Dan lagi, gue mengagumi anak kecil perempuan. Bukannya gue pedofil atau apa, tapi gue nganggep anak perempuan itu adalah karunia yang paling berharga. Mengutip kata-kata tokoh paling antagonis di buku Peter Pan and the Shadow Thieves, Lord Ombra:

'A father have a special place in his heart for his daughter.'
atau,
'Seorang ayah mempunyai tempat yang istimewa di hatinya, untuk anak perempuannya.'

Tempat yang istimewa. Ya. Seorang ayah enggak akan pernah mau anak perempuannya kenapa-kenapa. Bukan merendahkan anak laki-laki, karena gue sendiri juga laki-laki (ya, gue berjenggot), tapi menjaga anak perempuan itu lebih susah daripada menjaga anak laki-laki.

Seorang ayah enggak akan mau anak perempuannya mendapat masalah. Apalagi kalo gue nanti punya anak perempuan, gue enggak bakal mau anak gue dapet masalah karena niru-niru bapaknya jadi orang bodoh. Cukup gue aja yang menanggung itu. Cukup gue ajaaa!! *dengan pistol yang mengarah ke kepala*

Bum.

*

Ehem.

I know, I talk too much for a kid that have only lived for 15 years now. But really, it is what I think.

Sebenernya dari dulu gue pengen banget punya adek perempuan. Tapi sayangnya Tuhan tidak menghendaki, jadilah gue punya adek cowok. Yang cantik (dulunya, sekarang mah nyebelin).

I have a dream, ya know, gue bisa sukses dan hidup di Manchester, Inggris, di rumah yang damai khas England dengan istri dan anak-anak gue. Again, it would be a miracle.

Huh.

Such a dreamer, ain't I?

Thursday, September 03, 2009

Email Baru dan Gempa

Okay.

First of all, gue tau zaman udah berubah dari zaman batu ke zaman es sejak gue terakhir posting. Kegiatan gue kebanyakan, tidur gue juga tambah banyak. Alhasil, blog gue tertinggal. I'm sorry for all of you readers! (kayak punya aja)

Second, gue pengen ngasih tau kalo alamat email primer gue berubah. Jadi bagi anda-anda yang kekurangan pekerjaan dan ingin mendapat email balasan berisi sesuatu yang tidak penting atau penting (kadang-kadang) dapat menghubungi gue di:

bobby.priambodo@gmail.com

Email yang kamu terima, langsung dari aku lho!

Other note, gue mulai bosen (lagi) dengan layout blog gue. Yah, gue yang bikin sendiri ini, jadi gue enggak merasa terlalu bersalah. Ayo, kita berjuang untuk mengubahnya lagi...

*

Selama puasa ini kerjaan gue hampir sama. Sahur, subuh, tidur 15 menit, bangun, mandi, sekolah, pulang, zuhur, tidur, bangun, ashar, online sampe maghrib, buka, maghrib, online lagi, isya, tidur lagi, dan kembali ke awal. Tambahan di hari Kamis dan Minggu, ada latihan baseball.

Gue bosen. Tapi gue males.
Gue pengen ngelakuin sesuatu. Tapi gue capek. (jadi apa maksud lo nulis begini, Bob?)

*

Oh iya, kemaren kan ada gempa.

7.4 SR yang berpusat di Tasikmalaya itu menggetarkan hampir seluruh daerah di pulau Jawa. Pas kejadian, gue lagi tidur.

Sendirian di rumah. Listrik enggak ada yang nyala kecuali kipas angin (gue tidur diluar) dan charger hp gue. Hp gue lagi nyanyiin lagu Blink182 - Not Now. Pas si Tom nyanyiin bagian ini:

'God has the master plan and I guess, I am in His demand.'

Tiba-tiba sofa tempat gue tidur goyang. Gue kira darah rendah gue kambuh. Tapi gue inget-inget, frekuensi kambuhnya udah berkurang jauh. Kemungkinan kedua, gue sakaw gery chocolatos. Gue udah mau beranjak nyari satu, tapi gue inget gue lagi puasa. Terus tiba-tiba diluar ada yang teriak.

'Sooool sepatu!'

Eh, bukan itu. Tapi ini:

'GEMPAAAA!!!!'

Kemudian sel-sel diotak gue langsung bekerja. Pada saat gempa, hal yang pertama dilakukan adalah... gosok gigi. Bukan! Lari keluar rumah dan matiin aliran listrik, ya! Lalu gue langsung ngibrit keluar.

Terus gue ngerasa; bumi gonjang-ganjing. Gue berasa terombang-ambing kayak naik kapal. Dalam hati gue kebayang mungkin ini rasanya kalo lagi nonton Trio Macan konser terus mereka joget dan teriak 'Jakarta digoyaaaaaang!'.

Tetangga-tetangga gue pada berhamburan keluar kayak tokai abis disiram (analogi yang menjijikkan, gue tau). Pada khawatir. Ada ibu yang ngegendong anaknya. Ada bapak-bapak pake kaos sama celana pendek doang. Ada cewek ama cowok pegangan tangan, lalu si cowok menyatakan cinta. Oke, yang itu gue boong.

Selama kejadian seru itu, gue baru sadar: hp gue ada di tangan. Enggak ngebuang kesempatan, gue langsung online twitter dan facebook.

Bener aja, di dunia nyata gempa, di sana juga gempa. Gempa status.

Otak kritis gue meledak-ledak. Ia ngebisikin gue 'Wah, dasar. Orang-orang ada bencana bukannya nyelametin diri malah ngambil hp terus update status'.

Gue tulis kata-kata itu di status facebook gue. Ada empat belas orang yang mencet tombol Like.

*

Peristiwa ini mungkin adalah peringatan dari Tuhan Yang Maha Esa kalo kita umatnya udah banyak yang tidak inget pada-Nya. (Bener aja: pasca-gempa, orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk shalat ashar).

Ini munculin pertanyaan lagi: apakah orang Indonesia hanya bisa melakukan suatu hal yang benar bila digertak terlebih dahulu?

Contoh sederhana. Bom Marriot-Ritz, mal-mal dan kedutaan langsung meningkatkan keamanannya. Malaysia ngeklaim kebudayaan Indonesia, pemerintah baru ngegalakin menteri pariwisatanya. Terus sekarang, gempa, segelintir orang baru buru-buru pengen tobat ke Allah SWT, padahal biasanya inget aja enggak.

Aduh, gue jadi kedengeran kayak ustadz-ustadz di acara sahur.

Yah, pokoknya gue berharap aja semoga peristiwa gempa ini lebih meningkatkan kesadaran orang Indonesia untuk beribadah kepada Tuhannya.

God bless Indonesia, Indonesia Unite.

Saturday, August 22, 2009

Sahur Pertama Bersama Kecoa

Awalnya pas gue abis online twitter. Abis janji-janjian ama anak-anak tweeps supaya online pas nanti sahur. Kira-kira jam sepuluh, gue cabut ke kamar untuk tidur. Tiba-tiba nyokap gue masuk sambil ngebawa-bawa semprotan nyamuk ke dalem kamar.

'Bob, tadi ada kecoa masuk sini. Kalo ketemu semprot ya.' kata nyokap gue.

'Sip... tenang aja, begitu sampai sini, nyawanya udah ilang!' kata gue pe-de.

Nyokap naro semprotan nyamuk itu di sebelah tempat tidur gue. Merasa senjata udah di tangan, gue tidur.

Gue tidur tanpa mimpi apa-apa. Kira-kira jam setengah dua belas, gue ngerasa geli-geli di sekitar perut gue. Enggak menduga apa-apa, gue hanya ngibasin tangan ke arah sana dan tidur lagi dengan damai.

Jam setengah satu, rasa geli-geli itu datang lagi. Kemudian gue inget--

Kecoa yang tadi!

Gue langsung bangun, ngambil semprotan nyamuk tadi dan langsung menyemprotin cairan itu ke wajah si Kecoa. Pusing keliyeng giyung, kecoa itu lari ke belakang lemari gue.

Gue ngos-ngosan. Pusing karena langsung bangun dari posisi tidur. Otot gue mengejang. Dari mulut gue keluar busa (ini kaget apa overdosis?).

Gue langsung berpikir. Apa yang menyebabkan kecoa itu jalan-jalan di perut gue? Kalo gue inget-inget, cerita ini hampir mirip dengan kejadian di danau towuti yang lalu.

Jangan-jangan. Ini adalah semacam aksi balas dendam akibat ketidak pedulian gue.

Abis itu, gue tidur lagi.

Abis itu, gue telat bangun sahur (jam empat gue baru bangun!).

Gue memutuskan,
Enggak akan berurusan dengan kecoa lagi.

Selamat Berpuasa 1930 H!

Marhaban Ya Ramadhan...

Saya, Bobby Priambodo, sebagai pemilik, pengurus, penulis, pengedit, dan pembagus (apa pula pembagus?) dari blog The Universe Of Angels: Bobby's Blog, mengucapkan selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Semoga semua amal ibadah dapat diterima dengan benar di sisi-Nya.

Happy fasting, guys!


Gambar: archiworks.net

Monday, August 17, 2009

Dirgahayu Republik Indonesia ke-64 dan Lomba Tujuh Belasan



DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA ke-64
17 AGUSTUS 2009
MERDEKA!


Enam puluh empat tahun sudah negara dan bangsa kita ini memproklamirkan kemerdekaannya. Dan gue selalu beranggapan bahwa tugas kitalah sebagai penerus bangsa yang harus mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan dan berbagai hal-hal positif lainnya...

*di atas adalah isi dari pidato kampanye presiden republik bantar gebang tahun 2035 oleh bapak Widyanto Bagus Priambodo*

~~

Hari kemerdekaan biasanya identik dengan lomba. Ya. Lomba tujuh belas agustusan. Coba kita liat, lomba apa aja yang pernah gue tau:

1. Panjat Pinang
2. Makan Kerupuk
3. Balap Karung
4. Tarik Tambang
5. Makan mie tanpa bumbu (sumpah, di komplek gue ada beginian)
6. Bakiak
7. Bola daster
8. Masukin pulpen dalam botol
dst.

Diantara semua lomba itu, yang pernah gue ikutin cuma lomba makan kerupuk. Untuk sementara ini gue udah memegang juara lomba makan kerupuk tingkat Asia-Oceania.

Lomba yang paling gue benci adalah bola daster. Kenapa? Karena pernah ketika gue masih kelas 5 SD, pas bapak-bapak yang didandanin ala dakocan dan memakai daster serta rol rambut itu bermain, tiba-tiba bola kulit berat yang ditendang oleh kaki yang berotot dan berbulu itu bersarang di perut gue.

Wasitnya nyamperin gue dan berkata, 'Makanya dek, kalo nonton bola jangan di sebelah gawang.'

~~

Seperti biasa, tanggal 17 Agustus pagi pasti sekolah-sekolah mengadakan upacara penaikan bendera untuk memperingati hari kemerdekaan. Upacara pun ga berlangsung lama, gue yang udah janjian ama alumni smp gue dulu untuk berkumpul di mantan sekolah kami langsung cabut dari SMAN 3.

Sampai di sana, setelah selesai bersua bersama teman lama (bahasa gue dah, beratnya seratus tujuh puluh tiga koma enam kilo), gue ngeliatin sekitar.

Ternyata saat itu juga di smp gue dulu lagi ada perlombaan tujuh belasan. Mumpung gue lagi bawa kamera, jadi gue iseng-iseng aja ngambil-ngambil gambar. Berikut adalah hasilnya.


Camera type: Nikon D50
Lens: 180mm
Location: SMPN 40

Tarik maaaanng... (ini tarik tambang apa bencong?)


Entah apa yang ada di pikiran ketiga anak ini.


Duel!


Eit, eit! Gocek dulu!


Emang semangat kemerdekaan enggak pernah luntur dari jiwa orang-orang di Indonesia, termasuk remaja. Buktinya gue bisa dapet foto Dina kayak gini:

MERDEKA!!

~~

(17/08/09) Dirgahayu Republik Indonesia ke-64. Our independence was, is, and will be remembered for generations! We love you Indonesia!

Saturday, August 15, 2009

Gue memilih untuk tetap tumbuh pendek

Hmm.

Di bulan agustus ini, kalender udah menunjukkan tanggal lima belas. Itu artinya: pertengahan bulan. Dan coba kita lihat... posting gue bulan agustus ini baru enam. Gila, kenapa gue udah enggak rajin posting kayak dulu ya?

Dan pada akhirnya kesalahan pun ditimpakan pada banyaknya kegiatan yang gue punya di bulan ini: belajar, sekolah, baseball, twitter, chatting, nulis novel, sampai mandiin anjing tetangga. Padahal tetangga gue juga enggak punya anjing.

*sigh*

Anyway, gue baru aja ngebuatin layout blog untuk Arnin. Lo semua bisa liat hasilnya di sini. Oh iya, gue juga buka jasa ngebuat layout loh. Bayarannya bisa tunai atau transfer.

Tapi gue hanya melayani transfer dari bank darah cabang RS Omni.

*

Di sekolah, gue sekarang sibuk. Mengikuti tuntutan diknas terhadap semua sekolah negeri RSBI, sekolah gue pun melaksanakan sistem moving class.

Artinya, gue pindah kelas tiap pelajaran.
Artinya, gue harus nenteng-nenteng tas berisi buku-buku setebal lima sentimeter naik turun tangga setiap harinya.
Artinya, kemungkinan gue bertambah pendek semakin besar.

Emang sih, di sekolah gue juga ada loker. Begitu gue dapet loker, terlintas daftar barang yang akan gue masukin ke situ: buku, pakaian, nikon d50, jaket, tas, makanan anjing, robot-robotan, rol rambut, dan perahu karet. Tapi gue enggak sampe hati menaruh semua benda bejat itu ke dalam loker gue. Alhasil, setelah lima hari gue dapet loker itu, loker gue sama sekali belom diisi apapun.

Sepertinya, tanpa disadari, gue memilih untuk tetap tumbuh pendek.

*

Gue masih sering malang melintang di dunia maya. Bukan, bukan maya estianty yang punya mantan suami om jenggot kambing itu. Tapi di internet.

Di sana, gue berhasil menemukan tiga orang yang memiliki kemiripan cara berpikir dengan gue (mohon jangan tersinggung, karena kemiripan kita terletak di cara berpikir kritis, bukan gobloknya). Mereka adalah Niken, Ellena, dan Zella. Dua yang pertama udah jadi mahasiswa, sedangkan Zella masih duduk di kelas sebelas SMA 5 Tangerang.

They, wether realized or not, have been my greatest motivator.

Mereka membuat gue semangat untuk terus menulis, menulis, dan menulis. Komentar-komentar mereka yang kadang nyangsang di bawah postingan gue begitu berarti.

Mungkin banyak orang-orang di luar sana yang juga berpikiran seperti gue dan mereka, dan gue sangat berharap bisa bertemu orang-orang seperti itu. Sayangnya, dari temen-temen gue sampai saat ini belom ada yang bisa seperti itu, kecuali tiga orang yang di atas, dan mungkin beberapa lagi.

I could say that: the day I found them, was the day I found my reflection. Tentu aja, enggak literally. Secara gue cowok dan mereka perempuan.

Oh iya, gue baru sadar ternyata mayoritas temen gue di internet adalah perempuan. Yang laki-laki bisa di hitung dengan jari. Entah kenapa gue lebih nyaman ngobrol sama perempuan daripada laki-laki.

For your information, no, I'm still straight. Gue masih berdiri kalo pipis.

*

Okay then. That's all for now. See you soon!

Thursday, August 13, 2009

Bajaj dan Orang Buta

Gue prihatin banget sama orang tuna netra. Atau, bahasa kasarnya: buta.

Gimana enggak, hidup mereka terbebani dengan keterbatasan yang mereka punya. Makanya gue sering bersyukur dengan kesempurnaan organ-organ yang gue miliki.

Orang-orang buta enggak bisa baca, nulis, dan jalan sendiri. Kalau berjalan mereka harus menggunakan bantuan, seperti tongkat pemandu, anjing yang sudah dilatih, pil, suntik, ataupun spiral (ini orang buta apa pasutri KB sih).

Tapi, dibalik kesempurnaan organ penglihatan gue ini, gue juga buta. Bukan, gue bukan Daredevil yang bisa ngeliat walaupun buta. Tapi masalah gue adalah: gue buta arah.

Ya. Buta arah.

Temen-temen gue membuat keputusan yang salah apabila mereka jalan bareng gue dan menanyakan jalan ke gue. Misalnya gue dan temen-temen gue abis nonton di suatu bioskop (nama dirahasiakan, melindungi nama baik penulis) yang jaraknya mungkin hanya 7-8 kilo dari rumah gue. Kita pulang naik taksi.

Sopir taksinya nanya, 'Mau lewat mana, dek?'

Temen gue nanya ke gue, 'Enakan lewat mana, Bob?'

Gue dengan wajah tanpa dosa mengatakan, 'Wah, gue jarang lewat jalan sini sih.'

Padahal udah hampir empat tahun gue langganan nonton di bioskop tersebut bersama keluarga gue. Ya, salah satu penyakit gue adalah waktu kecil gue enggak pernah merhatiin jalanan sekitar pas lagi pergi.

Akhirnya keputusan memilih jalan tadi dijawab dengan menggunakan jawaban paling rasional yang bisa gue pikirkan:

'Yang enggak macet aja deh, pak.'

Sungguh jawaban yang menunjukkan kejeniusan. Sopir taksi tadi mengangguk dan (sepertinya) malah mengajak kami berputar-putar sehingga argo terus berjalan naik. Sampe di tujuan, kita patungan dengan jumlah yang tidak kecil. Temen gue manyun ke arah gue.

Gue cuma cengengesan.

*

Siapa sangka, penyakit buta arah ini pernah ngebuat gue nyasar.

Waktu itu gue masih kelas 3 SD. Supaya lo tau, gue dulu kalo sekolah pasti dianter-jemput sama nyokap gue. Dan ini ngebuat temen-temen seumuran gue sering ngatain gue anak mami.

Suatu hari, hal itu ngebuat gue jenuh.

Sebelum berangkat sekolah, gue ngomong ama nyokap.

'Bu, aku nanti pulang sendiri aja naik angkot,' kata gue.

'Yakin? Berani?' nyokap gue was-was.

'Berani,' kata gue mantap. Demi menghentikan cercaan dari teman sekolah yang menyebut diri mereka teman tapi ngatain, gue ngebuletin tekad. No, tekad, bukan pantat. Pantat gue udah bulet tanpa harus gue buletin lagi.

Jam pulang sekolah pun tiba. Gue berjalan dengan gagah menuju tempat pemberhentian angkot. Temen-temen gue (yang udah gue kasih tau tadi di sekolah, karena gue ingin menyombongkan diri kalo gue enggak dijemput lagi) ngikutin gue dari belakang.

Selang beberapa menit, angkot pun datang. Gue naik, dan melambai ke arah temen-temen gue dengan penuh kemenangan. Seperti Armstrong yang bangga atas pendaratannya di bulan. Untung aja gue enggak pake helm.

Angkot tersebut berisi beberapa anak SMP, seorang bapak-bapak, dan dua orang ibu-ibu. Angkutan ini bergerak menuju Tanah Abang. Supaya lo tau (lagi), rumah gue bahkan enggak sampe ke Tanah Abang. Hampir cuma dua kilo dari tempat pemberhentian angkot. Tapi tiba-tiba supir angkot membuat pengumuman yang mengejutkan.

'Takut di Sudirman macet, kita motong jalan lewat Kali Mati aja ya.'

Anjrit, motong jalan? Lewat Kali Mati? Rumah gue yang hanya tinggal ngesot doang ke arah utara sedikit udah nyampe, malah nembus Kali Mati yang bahkan gue enggak tau keluarnya dimana?

Sang supir ngomong lagi, 'Pada mau ke Tanah Abang semua kan?'

Hampir semua mengiyakan. Gue baru mau bilang kalo rumah gue deket, tapi sekali lagi, gue baru inget penyakit gue yang lain: gue malu untuk ngomong sama orang.

Bukan, bukan karena dirumah gue kebiasaan ngomong sama monyet, sama tembok, atau lebih parahnya lagi sama sendal. Cuma gue punya masalah percaya diri yang kurang dan ngebuat gue enggak berani ngomong sama orang yang enggak gue kenal. Termasuk supir angkot.

Walhasil, jadilah angkot tersebut motong jalan, dan gue cuma diem doang di dalem. Tanpa berbuat apa-apa, tanpa berkata apa-apa, tanpa memakai pakaian apa-apa. Oke, yang terakhir gue boong.

Anyway, gue saat itu sama sekali enggak kenal jalan ke arah Tanah Abang lebih dari rumah gue (yang padahal juga belom sampe Tanah Abang). Gue memperhatikan jalan, mencoba mencari suatu bangunan atau plang yang gue kenal, dan gue baru inget. Plang yang gue apal hanyalah plang tukang pijit deket rumah gue.

Jadilah gue dibawa-bawa muter-muter tanpa tujuan (buat gue) di jalan yang sama sekali gue enggak kenal. Penumpang pada turun naik, hingga akhirnya angkot berhenti di pangkalan. Merasa enggak punya pilihan lain, gue ngebayar ongkosnya dan turun.

Gue ngeliat sekeliling.

Gue ada di daerah perumahan. Perkiraan gue, itu udah sampai ujung dunia (Ehem, terlalu lebay). Ada sebuah kali gede yang mengalir di pinggir jalan. Di seberang kali juga terlihat ada rumah-rumah. Daerah ini sama sekali asing buat gue. Enggak ada nama jalan, enggak ada pak polisi, dan enggak ada Angelina Jolie. Ngapain juga Angelina Jolie ada disana?

Beruntung, enggak lama ada bajaj lewat. Gue setopin.

'Mau kemana dek?' tanya si tukang bajaj.

'Ke pejompongan, bang,' kata gue lugu.

Si abang tukang bajaj mengangguk dan menyuruh gue naik. Kita pun lalu terbang ke arah pejompongan (sekali lagi, lebay). Bajaj yang gue naikin bajaj biasa, bukan bajaj sakti milik Jun yang overload lampu itu.

Sekitar lima belas menitan, akhirnya gue sampai di rumah. Jujur, gue lega banget saat itu. Gue nanya ongkosnya sama abang tukang bajaj.

Si abang tersenyum, 'Buat adek tujuh belas ribu aja.'

Gue yang ngerasa gue udah pulang dari tempat yang begitu jauh, merasa senang karena si abang udah berbaik hati ama gue. Gue bayar ongkosnya (pake duit tabungan, mana mungkin anak SD kelas 3 punya duit sebanyak itu), dan gue pun langsung tidur lelap di kamar setelah petualangan yang mendebarkan jiwa dan raga itu.

Besoknya? Gue minta dijemput.

*

Karena malu kalo ketauan nyasar, akhirnya gue memutuskan untuk menceritakan kejadian itu empat tahun kemudian, pas gue SMP kelas 1.

Nyokap gue, yang denger cerita itu, ngakak.
Kakak gue, yang diceritain ama nyokap gue, ngakak.
Bokap gue, yang diceritain ama kakak gue, ngakak.
Adek gue, yang diceritain ama bokap gue, ngeden. Ternyata dia dikasih tau pas lagi pup.

Setelah gue deskripsikan tempat gue turun dari angkot, dan ngasih tau kalo gue pulang naik bajaj, dan gue ngebayar ongkos tujuh belas ribu, nyokap ngetawain gue.

'Yah, naik bajaj dari (gue lupa nama tempatnya) ngapain bayar mahal-mahal. Paling mahal juga cuma SEPULUH RIBU!'

Shit.

Gue ditipu sama tukang bajaj penebar senyum itu. Sejak itu gue menderita BTS (Bajaj Traumatic Syndrome). Yaitu penyakit dimana gue selalu sakit perut kalo ngeliat bajaj lewat di depan gue. (Belakangan diketahui kalo ternyata gue cuma sakit maag.)

Gue memutuskan, sejak saat itu, gue lebih memilih naik ojek daripada naik bajaj.

Saturday, August 08, 2009

Tetaplah menulis, folks!

Huff.

Perjuangan selama dua jam ternyata membuahkan hasil.

Layout blog gue telah selesai dibuat! And I love it for sure.

*

Perasaan gue saat ini campur aduk. Seneng karena libur, sebel karena pulsa abis (lagi), dan sedih karena temen-temen gue udah banyak yang berenti ngeblog. Emang iya sih, banyak kegiatan dan hal-hal di internet yang mungkin lebih menarik bagi mereka dari pada blog. Mungkin pikiran mereka 'Ngapain sih gue blogging? Cuma nulis-nulis doang, apa serunya?'.

Gue enggak bilang kalo mereka salah. Tapi gue pribadi nganggep blogging sebagai sesuatu yang menyenangkan. Mungkin pembaca bisa ngeliat kalo mayoritas cerita-cerita gue di blog ini memiliki suasana dan latar yang ceria. Kenapa?

Untuk menghibur diri gue sendiri.

Maksudnya, enggak selamanya kan di hidup ini orang ceria terus-terusan, atau selalu ada kejadian menyenangkan setiap hari. Pasti ada kalanya seseorang down karena mengalami masalah.

Untuk 'membersihkan' pikiran gue dari masalah-masalah itu, kadang gue mengingat-ingat cerita menyenangkan, konyol, dan lucu di hidup gue sehingga bisa gue ketawain, bisa gue komentarin, yang akhirnya ngebuat gue lebih ceria. Dan karena itu gue menumpahkan cerita-cerita itu di blog, supaya gue bisa mengingatnya lagi dengan mudah.

Mungkin penyebab kebosanan temen-temen gue adalah keterbatasan mereka dalam tulis-menulis. Gue enggak bilang tulisan mereka jelek, hanya pengetahuan mereka untuk membuat sebuah tulisan menjadi menarik untuk dibaca berulang-ulang sangat sedikit. Akibatnya, mereka sendiri bosan dengan tulisan mereka, yang seringkali hanya berformat bagai sebuah diari tempat curhat.

Seseorang akan menikmati menulis bila ia tau cara menulis yang nikmat. Penulis adalah pembaca. Tulisan seseorang sering mengadaptasi atau terpengaruh tulisan orang lain. Semakin banyak tulisan yang ia baca, maka semakin banyak juga pengetahuan tentang tulisan. Sehingga kemungkinan besar ia menemukan gaya penulisan yang cocok dengannya.

Contohnya gue. Banyak temen-temen gue yang baca blog gue bilang 'Bob, tulisan lo Raditya Dika banget sih,' atau 'Wah, lo bakal jadi Raditya Dika kedua nih,'. Ya, emang gaya penulisan gue terpengaruh dari tulisannya. Gue sering baca bukunya Raditya Dika (yang ngebuat gue hampir mati tujuh kali karena berhenti nafas selama tujuh detik setelah tertawa tujuh kali), karena itu tulisan gue jadi begini. Dan gue cocok dengan menulis kayak gini, so I live on with it.

Jadi saran gue untuk para blogger newbie dimanapun lo berada, coba cari cara menulis yang cocok buat lo. Usahain jangan bersifat 'egois', maksudnya kebanyakan mengungkapkan perasaan lo daripada cerita itu sendiri. Dan tulis cerita yang unordinary atau tidak biasa. Jangan seperti ini:

"Hari ini nyebelin, nyokap nyuruh beli ketoprak padahal kan gue masih mau tidur, terus adek gue bla bla bla..."

Gue aja enggak tertarik baca kelanjutannya, padahal barusan itu tulisan gue sendiri. Kalo gue sendiri aja enggak tertarik, gimana pembaca yang lain? Kutipan cerita diatas itulah contoh tulisan 'egois'. Pembaca dibuat untuk mempunyai persepsi bahwa si A nyebelin, si B nyebelin, tanpa bisa meneliti kejadian sebenarnya. Dan cerita itu juga terlalu... biasa. Nyokap nyuruh beli ketoprak mungkin bisa terjadi ribuan kali dalam setahun. Kalaupun mau nulis hal-hal biasa, coba ubah sudut pandang penulisannya. Contohnya:

Hari minggu yang cerah. Gue yang keturunan kebo ini seharusnya bisa melanjutkan tidur nyenyak gue pagi ini dengan damai. Tapi tiba-tiba pintu kamar gue diketuk.

"Andi, keluar dong!"

Gue yang masih ngantuk hanya menggumam tidak jelas. "Mmmmmm..."

"Andi, keluar! Ini penting banget! Menyangkut hidup dan mati!"
(Lebay, namanya aja contoh)

Mendengar suara nyokap gue yang begitu serius, gue menggelinding dengan pelan ke depan pintu. Gue buka kuncinya, dan wajah panik nyokap gue terpampang di depan gue. Nyokap tampak kaget. Maklum, mungkin muka gue saat itu tampak seperti gorila baru bangun tidur.

"Kenapa, mah?"

Nyokap gue seperti tersadar dari hipnotis wajah gue dan kembali bertampang serius. Gue menyiapkan mental untuk mendengar yang terburuk, dan kata-kata itu keluar.

"Tolong beliin ketoprak dong."

Gubrak.

Adek gue cuma ketawa bagaikan iblis kecil dari kamarnya di seberang sana.


Nah, kan lebih hidup ceritanya. Daripada mengungkapkan perasaan yang berlebihan (curcol) walaupun ini di blog lo sendiri, mendingan tulis cerita yang membuat orang tertarik untuk membacanya.

Tetap menulis, tetap tertawa, dan tetap... hidup.

Wednesday, August 05, 2009

Aku-kamu, gue-elo.

"Lo beli aja sono sendiri!"

"Enggak mau! Gue mau punya lo! Mau gue tampol ya lo?"

"Tampol sini! Gue enggak takut! Lo mah cupu, bego!"


Pertengkaran itu berlangsung seru di depan gue. Kata-kata yang kasar, omongan yang enggak enak didenger itu seakan udah menjadi kejadian biasa dewasa ini. Bahkan mungkin enggak akan ada yang percaya kalo itu dilakukan oleh dua orang anak kelas dua SD.

Ya. Kelas DUA. SD.

Udah enggak ada lagi ya pelajaran etika di sekolah-sekolah dasar? Dulu gue sering berantem sama temen gue. Seperti cuplikan yang gue inget:

"Aaah, kamu jangan gitu dong! Itu kan enggak boleh..."

"Tapi kata mama aku ga papa kok."

"Iya, tapi mendingan enggak usah, nanti kita dimarahin."

Apa yang lagi gue sama temen gue omongin saat itu, you don't wanna know. The point is, kedengerannya kan enak? So... childish. Dan karena kita emang masih anak-anak saat itu, itu adalah merupakan suatu kewajaran yang emang harusnya begitu.

Bukan seperti sekarang saat budaya betawi kasar udah masuk ke masyarakat dengan menggunakan kata ganti gue dan lo. Maksud gue, you're just seven! You shouldn't say those words, not yet!

*

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kata ganti yang benar untuk menunjukkan orang adalah aku-kamu atau saya-anda. Tapi yang sekarang terjadi adalah dalam pergaulan (yang didefinisikan sebagai temen sekolah, temen main, dan temen seumuran), seringkali kita denger bahwa yang digunakan adalah kata ganti gue-elo.

Waktu di kelas sembilan, gue sama temen-temen gue pernah ngomongin masalah ini. Akhirnya gue sama Fikri sepakat untuk nyoba ngomong pake aku-kamu.

Orang-orang pada ngira gue gay.

Eksperimen gue sama Fikri akhirnya gagal. Sebabnya mungkin adalah kata gue-elo udah membudaya di masyarakat sehingga kalo menggunakan kata lain terdengar aneh, kecuali untuk ditujukan kepada orang-orang tertentu (keluarga, pacar, bos, guru, etc.).

Kalo menurut gue, gue lebih seneng pake English. Karena dia cuma pake I dan you. Nothing else. Tapi gue juga seneng pake Japanese walaupun watashi-anata masih sering diganti boku/ore-kimi oleh anak-anak muda di sana.

Menurut gue lagi, penggunaan kata gue-elo menurunkan level kesopanan yang akan tercurah saat kita berinteraksi. Sehingga kadang ngebuat kita salah paham.

Perkembangan zaman... atau malah kemunduran?

Saturday, August 01, 2009

Kisah kasih di baseball... Bagus?

*Tap tap tap tap tap*

Gue berlari ke belakang di atas rumput dengan pandangan tetep ke atas. Enggak mau kalah cepet, gue tambah kecepatan gue. Lalu saatnya tiba; gue ngangkat tangan kiri gue tinggi-tinggi, lalu gue lompat.

*pluk!*

Yes! Successfully ketangkep!

Saking senengnya, gue lempar balik bola itu dengan kecepatan yang mengerikan. Akibatnya bola bersarang di paha kanan anak yang bertugas nangkep. Bergeser dikit aja, maka gue akan berhasil menghancurkan masa depan anak itu.

Coach nyuruh gue push up.

*

Waktu itu gue pernah ngasih tau kalo gue latihan di lapangan yang deket pintu I Senayan (gue enggak tau nama lapangannya). Dan jujur gue sangat nyaman kalo ada di lapangan baseball. Kesannya luas banget, dan penuh rumput. Enggak, gue belom berubah jadi kambing.

Kita latihan mulai jam 16:00 sampai 18:30. Kebayang kan ademnya kayak apa. Gue seneng banget kalo udah hari latihan. Haha.

*

Di antara anak kelas X yang latihan ada Akbar, atau Pertamax, yang disebut demikian karena seringnya dia nyebut "Pertamax, gan!". Mungkin dia begitu karena terlalu terobsesi dengan ngasih komentar di tulisan orang. Bener-bener anak kaskus sejati.

Setiap gue nangkep, dia selalu bilang "Wah, kangkung jago kangkung."

Untung gue masih sabar. Kalo enggak gue ajak dia masuk ke panci mendidih bareng gue. Dan akan terciptalah sayur kangkung daging gorila.

*

Dari kelas gue ada enam orang yang ikut, yaitu Karim, Innu, Fachry, Tantra, Andri, dan gue sendiri. Termasuk kelas yang paling banyak anggotanya. Hidup kelas X-C!

Itu yang cowok. Kalo yang cewek gue ga tau, enggak ngitung. Tapi FYI, para anggota softball (baik kakak kelas maupun kelas X) itu cakep-cakep ya!

...

Bob, lo udah punya cewek. Sadar dong!

Anyway, ada dua orang kakak kelas anggota softball yang jadi pembicaraan hangat di antara para perjaka-perjaka baseball.

Gue enggak mau sebut nama, ah. Takut. Hehe.

Yah, pokoknya kedua cewek itu sepertinya telah sukses memesona hati-hati dari para bujang tak beradab itu. Banyak bisik-bisik yang mayoritas mengatakan pengen kenalan. Karim sendiri malah pengen nembak langsung. Rim, hidup lo masih panjang. Lo kan enggak mau ditemuin mati dengan lobang sebesar bola softball di perut lo.

*

Other note, besok gue mau beli glove! Horray!

Baseball Tiga Teladan

Seminggu merupakan waktu yang lama untuk enggak ngeblog. Ya, waktu yang lama... (bangun Bob, bangun!)

Hem, mungkin beberapa orang yang ngefollow twitter gue udah tau kalo sekarang gue sedang meniti langkah dalam ekstrakuriluler baru, yaitu: baseball.

Ya, di posting ini gue akan bercerita tentang pengalaman gue sebagai apprentice dalam baseball. Ada yang enggak tau baseball apaan? Cari deh di om Google, males gue ngasih linknya. Haha.

Di SMA 3 ada ekskur baseball dan softball. Nama klubnya adalah klub Teladan. Teladan udah terdaftar di Jakarta, jadi kita bisa ikut pertandingan apa aja. Ekskur ini enggak sebatas untuk siswa-siswi SMA 3, tapi juga alumni. Untuk baseball sendiri, siswa SMA 3 yang ikut 2 orang dari kelas XII, 6-7 orang dari kelas XI, dan sekitar 20 orang dari kelas X. Jadwal latihannya adalah hari Kamis dan Minggu jam empat sore di lapangan yang deket pintu I Senayan.

Kamis kemaren adalah hari ketiga gue latihan. Dari tiga hari itu kita hanya baru latihan pitching alias ngelempar bola dan catching. No, bukan matching, tapi catching. Kita latihan baseball, ya, bukan fesyen.

Gue menilai cara gue ngepitch dan ngecatch lumayan bagus. Yah, setidaknya enggak malu-maluin lah. Hueheheh.

Dan dalam waktu dekat ini gue baru akan beli glove beserta bolanya. Itung-itung buat latihan di rumah, lah. Kan mau jadi Babe Ruth Jr. :D

Temen-temen gue banyak yang ikut juga. Tapi paling nyolotin si Akbar dari kelas X-A. Dengan songongnya nyebut gue 'kangkung'. Pas dia jatoh teguling dan mukanya kena bola gue ketawain keras-keras.

Kejamnya gue.

Tapi seneng sih gue ikut ekskur ini. Soalnya: enggak ada senioritas. Anak kelas XI dan XIInya juga enggak minta yang neko-neko, asalkan kita tetep sopan. Dan ini adalah salah satu ekskur yang fun, karena pelatihnya justru nyuruh kita untuk bercanda walaupun harus tetep konsentrasi.

Well, karena ini termasuk olahraga yang baru buat gue (enggak juga sih, waktu SD gue udah pernah nyoba main. Hasilnya? Bolanya ilang.) jadi gue harus belajar mulai dari dasarnya.

Kenapa gue milih baseball, bukan basket yang menjadi primadona SMA 3 atau lainnya? Karena: basket, futsal, dan lain-lain terkesan overrated aja buat gue. Dari SMP perasaan itu mulu. Need to try sumthin' different.

Friday, July 31, 2009

Induk Segala Ilmu?

Guru matematika gue pernah bilang:
"Matematika adalah induk dari segala ilmu."
Kenyataannya, dengan belajar matematika gue belom bisa menjahit.

Guru geografi gue pernah bilang:
"Geografi adalah induk dari segala ilmu."
Padahal gue masih belom bisa memasak walaupun gue udah belajar geografi.

Guru kewarganegaraan gue pernah bilang:
"Kewarganegaraan adalah induk dari segala ilmu."
Ya, gue udah bisa main gitar. Tapi itu bukan karena kewarganegaraan.

Jadi kesimpulannya? 'Induk' segala ilmu itu enggak ada. Mungkin matematika adalah induk berbagai ilmu, tapi hanya beberapa ilmu tertentu. Begitu pula dengan geografi dan kewarganegaraan. Jadi pantas dibilang bahwa satu ilmu adalah induk dari segala ilmu YANG berada dalam ruang lingkupnya.

Memasak, menjahit, main gitar itu bukan ilmu, tapi keterampilan? Bukankah kalo kita bisa matematika juga sering disebut terampil matematika?

Tapi mungkin omongan-omongan diatas berasal dari sifat dasar manusia yang terkadang melebihkan sesuatu yang dia punya untuk menutupi kekurangan. Manusiawi juga sih, karena gue juga sering berlaku seperti itu.

Nah, karena tidak adanya 'induk' dari segala ilmu itulah yang mengharuskan kita untuk belajar semua ilmu yang diajarkan di sekolah. Ibaratnya kalo satu mata pelajaran adalah induk, maka ngapain kita susah-susah belajar mata pelajaran lainnya, cukup itu aja.

Di posting ini gue cuma pengen ngeluarin pendapat gue tentang omongan-omongan orang. Guru-guru di sekolah gue selalu nganjurin untuk berpikir kritis. Jadi, inilah yang gue lakuin.

Mungkin terdengar sepele atau apa lah, tapi gue ngerasa ada dorongan besar untuk nulis ini. Mari kita belajar!

Monday, July 20, 2009

Pak polisi, jangan leha-leha lagi!

Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.

Empat tahun sudah Indonesia menjalani masa damai. Tapi impian kedamaian itu hancur seketika pada tanggal 17 Juli, pukul 7:47, hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton di bom oleh segelintir orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Okay, kalimat di atas terlalu formal. Kembali ke gue yang santai!

Yah, pokoknya di posting ini gue ingin menyampaikan rasa duka yang sebesar-besarnya serta harapan agar korban beserta keluarga diberi ketabahan untuk menjalani cobaan ini.

Gue bingung, semenjak peristiwa Bom Bali 1 dan 2, kok masih ada aja orang-orang yang berpikiran bahwa yang mereka lakukan adalah jihad. Yang ada di pikiran mereka hanya jalan pintas menuju surga. Mengutip kalimat dari film Long Road To Heaven:

"There is no shortcut to heaven. It's a long, difficult way to go there."

Kalau bener ada jalan pintas menuju surga, maka surga akan seperti kaleng ikan sarden. Rame banget.

*

Secara langsung maupun tidak, peristiwa ini berpengaruh pada kondisi negara. Harga rupiah jatuh (informasi terakhir 1$=Rp15000), wisatawan mancanegara berkurang, devisa menurun, bahkan pembangunan yang telah diusahakan selama hampir lima tahun oleh Presiden SBY bisa dibilang sirna begitu aja.

Entah apa yang ada di pikiran pelaku pemboman sehingga tega merusak bangsa ini.

We hate you, terrorist!

*

Other note:

Indonesiaunite, sebuah gerakan nasionalis yang bertujuan untuk menyatukan bangsa Indonesia, yang dipelopori oleh Pandji Pragiwaksono, tengah berkembang secara pesat di komunitas Twitter. Mayoritas pemrakarsanya adalah anak-anak muda yang memiliki akun di jejaring sosial itu. Penjelasan singkat tentang Indonesiaunite bisa dilihat di koran Seputar Indonesia hari Minggu, 19 Juli 2009 pada halaman 27. Pada hari itu juga Pandji diundang ke TVone untuk menjelaskan tentang Indonesiaunite tersebut.

Dan gue bangga bisa berperan dalam gerakan tersebut.

*

Anyway, mungkin salah satu penyebab terjadinya pengeboman kali ini adalah lalainya para aparat keamanan. Bayangin, empat tahun masa damai tanpa terjadi apa-apa cukup untuk ngebuat santai bapak polisi.

Kemaren gue ngeliat di TV, tim gegana yang make seragam mirip SWAT beserta helmnya. Gue yakin, kalo enggak ada peristiwa ini, helm itu bakal cuma kesimpen di lemari.

Kebiasaan orang Indonesia sih, santai-santai... giliran dikagetin dengan bom baru deh gerak semua.

Makanya, menurut gue, kalau sepak bola dan olahraga lain mau maju, harusnya Indonesia perang dulu. Ketika perang kan rasa nasionalisme lagi tinggi tuh, dijamin menang deh. Enggak kayak sekarang yang cuma mentingin duit.

*

Indonesia Unite!

Thursday, July 16, 2009

My Friend In Gokilness

How do y'all do? Pada kangen kan sama gue? Jujur, gue juga kangen... sama blog gue. Tapi apa boleh buat. Sekarang dirumah gue makin sibuk rutinitasnya (baca: tidur), apalagi sejak gue masuk di sekolah baru.

No time to blog! Seriously. Tentu aja, sedikit banyak Twitter berpengaruh terhadap semua ini.

*

Okay, enough for the chit-chat!

Di posting ini gue cuma pengen nyeritain seseorang yang berperan dalam menemani gue selama liburan sebelum sekolah ini. Selain Bella, tentu aja, yang pasti enggak pernah absen untuk ngirim sms. Dan orang itu adalah:

Yozella Adjie Pratama

Cewek kelas sebelas SMA 5 Tanggerang yang biasa dipanggil Sella ini lahir pada tanggal 32 bulan sabit tahun kuda. Dia seorang writer, reader, and critician dari tulisan-tulisan yang sering dia baca. Termasuk tulisan gue. Dan dari seratus komentar dia tentang tulisan gue, cuma satu doang yang dia bilang ancur. Yang lainnya... ancur banget.

Orangnya gokil. Lebih gokil dari gue. Ibaratnya kalo tingkat kegilaan gue itu udah stadium empat, tingkat kesingitan Sella itu stadium Gelora Bung Karno. Oh, itu stadion.

Tapi dibalik singitnya cewek ini, orangnya baik. Pengertian, suka ngasih kritik membangun. Caranya nulis yang kadang menunjukkan kalo ini orang agak-agak edan tapi sebenernya pinter (anak IPA meen!) sangat menghibur. Komentar-komentar kocaknya tentang apa aja yang enggak penting menjadi lucu karena gayanya nulis hal itu.

Dia punya pacar, namanya Mario. Gue heran kok Mario bisa tahan. Salut untuk Mario!

Oh, iya. Kalo lo pada mau kenalan, or, hanya untuk menelaah tentang Sella, buka blognya di http://zelazelo.wordpress.com
Atau lo juga bisa follow twitternya di sini.

Mengutip salah satu tweet Sella:
@zelazelo 'gw : "minggir ah, gue sakit perut nih! lagi dapet gw!" adek gw : "dapet berapa?" (gue lupa, adek gw masih SD. dia gatau apa2.. --')'

Sel, kalo suatu saat nanti lo terdampar di suatu pulau sendirian... miskol gue.

Mars SMA 3

Slamat berjumpa kami ucapkan
Kepada sahabat semua
Suka duka masa yang silam
Terukir di hari ini

Resah gelisah lenyaplah sudah
Demi suksesnya acara ini
Terimalah kesan terindah
Semoga takkan terlupa

Bersatulah kita semua
Dalam suka dan duka

Jaya-jayalah, SMA 3
Untuk slama-lamanya aaa
Untuk slama-lamanya

Saturday, July 11, 2009

Twitter 'Membunuh' Blogger

Artikel ini gue tulis sendiri, berdasarkan pengalaman gue sendiri. No offense, none taken, so... check it out.

*

Gue selama beberapa minggu ini telah 'kecanduan'. Bukan narkoba, bukan minuman keras, atau putaw, ngelem, dan hal-hal lainnya. Believe me, I'm straight as a stick. Gue 'kecanduan' Twitter.

Akibatnya? Blog gue terbengkalai.

Setelah gue menggali-gali apa penyebab terbengkalainya blog gue itu, ternyata karena: semua ide gue udah tercurah melalui twitter.

Twitter membunuh kemampuan gue ngeblog!

Tapi itu enggak berlangsung lama. Gue udah berjanji pada diri gue sendiri seperti Gajah Mada bersumpah kepada negeri kita Indonesia, gue akan serius ngeblog lagi! :sfx patriotism:

Ehem.

Anyway, gue juga udah mulai naro ide-ide menulis gue dalam note di hp. Lebih gampang ingetnya. Cara yang ampuh untuk menahan temptasi dari Twitter.

Yup, I'll keep on blogging! Horray!

*

Other note, SBY - Boediono masih unggul di quick qount. Yeah.

Pra-MOS yang (agak) menyenangkan.

For you who doesn't know apa itu MOS, mari gue perkenalkan dulu...

MOS adalah Masa Orientasi Siswa. Jadi siswa-siswi yang baru masuk ke satu sekolah harus melewati satu tahap yang namanya MOS tadi. Kegiatan MOS itu bertujuan untuk mengenalkan siswa-siswi terhadap sekolah baru mereka. Udah tradisi dalam setiap MOS, setiap mentor (OSIS dan MPK) berhak untuk ngerjain, jailin, atau nyuruh-nyuruh kepada siswa-siswi baru. Konon kabarnya, MOS jaman dulu itu parah, sampe ada bentak-bentakannya. Tapii... setelah akhirnya pemerintah turun tangan dan komnas HAM juga ikut membantu, kegiatan 'bentak-membentak' itu udah terhapus. Thank God!

Cukup penjelasan tentang MOS-nya, ayo lanjut ke kegiatan gue hari ini, pada tahap pra-MOS.

*

Gue dateng ke SMA 3 Jakarta jam setengah tujuh pagi (padahal disuruhnya jam tujuh. Yaah, better safe than sorry, rite?) dengan dianterin oleh bokap naik motor. Betenya, gue masih pake seragam putih biru. Hei, gue harusnya udah SMA kan?


Sampe di sana, temen-temen gue belom pada dateng. Siip, belom pada dateng mendingan gue smsan dulu ama Bella ^_^.

Enggak lama, seorang bapak guru yang budiman mengeluarkan papan tulis yang bertuliskan pembagian kelas X. Gue pertama liat X-A. Ada Djody, Recky, Nikita, daaaan... enggak ada gue. Lanjut ke X-B, cuma ada Zaki. Akhirnya pas di X-C gue liat nama gue. Menyusur ke atas, ada Syifa, Ima, sama Cheya di X-C! Hore! Hahahahah.

Anyway, enggak lama kemudian Djody ama Syifa dateng. Terus Cheya. Well, gue ngobrol-ngobrol dulu sama mereka, terus dateng Nouval, Dea, Nissa, Shasha, Recky, Adriel. It's like reunion.

Setelah itu para murid baru pun dikumpulkan di lapangan.

Kepala SMA 3, Ibu Wieke, naik ke podium untuk memberikan sambutan. Kesan gue sama kepsek ini: orangnya tegas, ngomongnya halus tapi straight to the point, overall bagus, setidaknya kalo dibandingin ama Sarni.

Setelah itu, para mentor-mentor yang baik menuntun para murid baru menuju kelasnya masing-masing.

Di kelas sains 4, itu kelas gue. Gue ngambil tempat di belakang sama Syifa, Cheya sama Ima.

Perkenalan dimulai. Jujur, susah banget buat ngapalin nama-namanya. Yang gue inget antara lain: Reva, Minit, Nadhil, Adis, Caca, Alam, Adit, Adit, Adit, Adit (gue enggak bercanda, Adit di kelas gue ada banyak), Irsyad, Faris, Iasha, Yovanca, dan Ibnu.

Lalu ada latihan yell-yell SMA 3, namanya Acicole (whatdafak). Liriknya gini:
Acicole,
Acicoleta,
Acicampe'em,
Acem acem acem, Wuh!
Oh. My. God.

Gue low profile aja dikelas, setidaknya sampai MOS berakhir. Tujuannya biar enggak dikerjainlah. Hidup gue udah cukup indah tanpa harus menanggung malu dari performing Acicole di depan kelas-kelas, terima kasih.

Susahnya ngapalin nama anak-anak sekelas, ternyata enggak seberapa daripada ngapalin nama mentor-mentornya. Yang gue apal cuma Mutia dan Dita. Chika udah pasti gue apal, dulunya kakak kelas. Haaa tapi Chika kagak megang kelas gue -_-.

Abis itu, mulai deh catatan apa yang harus dibawa hari Senin sampai Rabu atawa pada hari MOSnya.

And... they are:
>~ Name tag (udah kacau rinciannya, males gue nulis)
~ Kertas HVS bekas
~ Surat cinta untuk mentor, harus puitis, wangi, dan ditempelin yupi serta cap bibir
~ Bekal
~ Alat Sholat

Pada saat itu banyak anak-anak yang ditarikin para mentor untuk perform Acicole di kelas-kelas. Untung gue enggak. BEBAS.

Segala penyiksaan dan penindasan itu terus berlangsung selama beberapa saat, sampai akhirnya jam sembilan acara kelar.

Oh, iya. Selama kelas satu ini, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi, yaitu:
- Selama enam bulan sebaiknya jangan ke kantin dulu
Untuk menghindari kakak kelas yang gatel pengen ngisengin, kalau mau nitip ke mentor. Kalo emang niat mau ke sana lebih baik berbondong-bondong sekalian kayak mau demo masak, daripada sendiri-sendiri.
- Jangan naik motor atau mobil sendiri dulu
Untuk menghindari kakak kelas yang gatel pengen ngisengin (lagi), karena dulu pernah ada yang bawa mobil semua bannya dikempesin. Scary.
- Jangan keliaran di lorong kakak kelas
Untuk menghindari kakak kelas yang gatel pengen ngisengin (lagi lagi lagi), karena sama aja kayak masuk kandang macan.

Kesimpulan yang gue dapet: kakak kelas di SMA 3 pada jarang mandi. No offense :)

Akhirnya waktunya untuk pulang, gue ngebis bareng Syifa dan simsalabim gue udah nyampe depan 40. Berhubung ada Bella di sana, mampir dulu ah, say hi. BD

Pra-MOS. Pesan moral, keep low profile on top.

Friday, July 03, 2009

Nikita dan Jangan Ditanya Cafe

Posting... pengen update-update aja ah.

*

Gue masuk SMAN 3 Jakarta dooong. Haha. Gue udah jadi anak 3 sekarang. Putih abu-abu, here I come!

Tetep, target gue masih belajar. Soalnya gue pengen ngejar PMDK selama gue SMA. And I knew it's not easy. Ganbatte!

Rencana-rencana gue selama di SMA 3 ini yang paling gue pengen adalah gabung sama STIFOC. Tau?

SMA TIGA FOTOGRAFI CLUB

Fotografi is my life. Dan gue nggak bakal nyia-nyiain itu.

Oh iya. Btw gue nanti di 3 bakal sekolah bareng Nikita Willy loh. Tau, kan?


Nikita Purnama Willy

Betemen ama artis juga deh gue. Semoga aja dia nggak songong. Haha.

*

Hari senen kemaren abis dari Bebek Ginyo, Arnin and friends pada mau shisha-an. Shok, gue ikut mereka. Tapi gue yang nggak suka shisha ini malah maen kartu sama Fikri, Yara, dan Sharvina.

Kami berempat adalah geng bersih!

Mereka pada shisha-an di sebuah kafe yang bernama Jangan Ditanya Cafe.

Dari namanya aja gue udah bingung. Jangan ditanya? Siapa juga yang mau nanya? Dan setelah gue baca menunya, gue lebih bingung lagi:



Nasi kornet BERTELUR?? Nasi ASAL??? Nasi KACAU????

Ini cafe mau apa sih sebenernya?

Ckckck.

Sial, Yara dapet tandatangannya Radith di buku Cinbro-nya. Irma dan gue ngamuk.

*

Hari ini gue udah satu bulan lebih delapan hari bersama Bella. I hope we could stay long enough.