Gue udah sering bilang di blog ini, bahwa gue bercita-cita jadi penulis. Yang terkenal, maksudnya. Karena cuma jadi penulis mah, anak kecil yang baru belajar nulis juga bisa.
Ya, di tulisan ini gue pengen cerita tentang cita-cita gue itu.
Mungkin banyak khalayak yang mikir kalo profesi ini enggak elit. Kalah sama pemain bola, pemain film, penyanyi, anak band, pejabat, dan profesi-profesi lainnya. Bahkan profesi-profesi yang barusan disebut seperti menjanjikan profit yang tidak sedikit. Jadi, kenapa gue milih pengen jadi penulis?
Jawaban pertama, adalah karena gue menemukan jiwa gue di bahasa. Gue suka baca, gue suka nulis. Nulis ngebuat gue nyaman. Gue bisa ngungkapin apa aja yang ada di kepala gue dengan menuangkannya di tulisan. Gue hampir bisa tau karakter setiap orang hanya dengan ngebaca tulisan mereka. Gue bahkan bisa dibilang spelling nazi--orang yang risih kalo bahasa digunain enggak dengan semestinya. Tapi enggak dengan pidato ya. Gue males berpidato, atau bahkan hanya ngomong di depan orang banyak. That's not my style.
Jawaban kedua, karena modal yang dibutuhin di profesi ini ga terlalu banyak. Jadi penulis paling hanya menguras waktu dan pikiran, tanpa dibutuhkan tenaga sedikit pun. Kecuali lo nulis sambil push up. Bicara duit juga, ga bakal ngeluarin banyak. Apalagi jaman sekarang yang udah modern. Nulis enggak harus di atas kertas. Bisa di PC, laptop, atau juga bisa di hp, dengan konsekuensi lo harus siap jari lo berbentuk six-pack.
Jawaban ketiga, karena gue suka berkhayal. Dan gue selalu gatel untuk menuliskan khayalan gue itu dalam bentuk cerita, sehingga gue juga ga cepet lupa.
Jawaban keempat, karena profesi ini juga bisa disandingkan dengan profesi lain. Misalnya nanti gue jadi ahli komputer, gue bisa bikin cerita berdasarkan ilmu gue itu dalam tulisan-tulisan gue. Atau misalnya nanti gue jadi dokter hewan. Nanti gue bikin cerita fabel yang berkisah tentang cinta antara tikus dan gajah, yang terhalang oleh ukuran gajah yang beratnya sejuta kali lebih besar dari tikus. Tikus masih berkeras menunjukkan cintanya pada gajah, tanpa kenal lelah. Ternyata tiba-tiba ada kucing yang ngejar-ngejar si tikus. Si gajah ngeliat, terus dia nginjek si kucing dengan kekuatan dua puluh truk. Si kucing gepeng dan mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Oh, kok jadi Tom and Jerry banget.
Well, empat jawaban diatas gue anggap udah mewakili alasan kenapa gue memilih profesi ini jadi cita-cita gue.
Tapi perlu gue ingetin, cita-cita ini berbeda dengan target gue. Target gue adalah mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya di bidang IT. Yes, gue enggak mau hanya jadi penulis kacangan berilmu rendah. Setidaknya bila gue enggak berhasil di satu bidang, gue masih punya bidang lain sebagai alternatif.
Anyway, gue ngerasa perlu ngasih tau sesuatu. Khususnya buat orang-orang yang menyanding prinsip 'go with the flow' dalam hidup mereka: hidup enggak semudah itu. Kecuali lo emang salah satu orang yang paling beruntung di dunia, lo ga bakal sukses dengan cara kayak gitu. Tetapin tujuan hidup lo. Dan lihat: lo akan lebih termotivasi dalam menjalani hidup demi mencapai tujuan tersebut.
Life's a choice, so, why don't we start to choose early?
Saturday, December 12, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment
What do you think?