Saturday, October 31, 2009

Hallo Hallo Halloween

31 Oktober adalah hari Halloween.

Ya. Halloween. Hari dimana orang-orang mengesampingkan hidup mereka sebagai manusia dengan berdandan ala hantu. Di film-film, gue sering ngeliat pas halloween ada yang berpakaian kayak vampir, werewolf, devil, hunchback, zombie, drakula dan lain-lain. Tidak lupa juga Jack-o'-Lantern dan permennya. Dan menurut gue, itu sangat keren.

Tapi kenapa Halloween enggak dirayakan di Indonesia?

Pertama, mungkin karena pada dasarnya Halloween adalah perayaan umat Kristiani. Di Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam, perayaan tersebut mungkin agak bertentangan dengan keyakinan para Muslim.

Kedua, karena setan-setan di Indonesia sangat merepotkan. Gue enggak tau ada orang yang mau ribet-ribet berdandan ala Pocong. Ya know... dengan segala 'keterikatan' itu, tampaknya orang-orang akan memilih untuk berpakaian seperti manusia biasa aja.

Lain halnya kayak di Amerika sana, yang setannya sangat mendukung untuk ditiru. Misalnya kayak Drakula yang cuma harus pake jas berkerah setinggi tiga puluh senti atau vampir kayak di film Twilight yang berarti kalo mau jadi vampir harus punya wajah ganteng. Which is, sangat cocok buat gue. Karena gue ganteng? Enggak. Karena gue ngisep darah. Darah mudah. Lagunyah Koesh Plush.

Anyway, kalo pertanyaannya sekarang ada pesta Halloween, terus dandanan yang gue pake apa, gue akan jawab... ga ada. Untuk apa? Muka gue kan udah serem. cokelat dan penuh jerawat udah cukup untuk membuat para tuan rumah ngerasa terintimidasi dan ngasih permen ke gue.

Tapi, ya udahlah. Daripada ngerayain Halloween, mendingan ngerayain Malam Satu Suro. Lebih serem.

Presiden Pangkalan Ojek

Hidup di Jakarta, hanya sedikit orang yang bisa lepas dari ketergantungan akan jasa angkutan umum. Salah satu yang paling sering didenger mungkin adalah ojek motor.

Ya, ojek. Di posting ini, gue bakal ngebahas tentang kendaraan umum roda dua yang satu ini. Kenapa gue nulis tentang ginian? Tanya dokter. Kenapa dokter? Karena semua orang percaya sama dokter. Dokter bilang gue ganteng, ya gue percaya gue ganteng. Karena itu gue bayar mahal buat ke dokter.

*

Disadari atau tidak, ojek motor udah mendampingi hidup mayoritas orang di Jakarta dalam menempuh jalan menuju tujuannya. Banyak manfaat yang bisa kita dapet dari tukang ojek. Dia selalu nganterin kemana kita mau, terima aja kalo kita suruh muter-muter, selalu ngebuatin makanan, selalu ngerawat kalo kita sakit, nyapu, ngepel, nyetrika... kayaknya gue ketuker antara ojek sama pembantu.



Ojek adalah salah satu angkutan yang relatif murah. Murah, tergantung jarak dan bobot badan. Terkadang ojek meminta uang lebih kepada orang yang badannya 'besar' dengan alasan 'bawa dua orang'. Hemm, masuk akal.

Anyway, gue sendiri waktu SMP juga punya langganan ojek. In fact, ada satu pangkalan yang isinya ojek langganan gue semua. Sempet gue mau namain 'Pangkalan Ojek Bobby Sejahtera' tapi batal, mengingat penderitaan yang mungkin diderita anak gue nanti kalo tau nama bokapnya bukan jadi nama jalan, sekolah, tapi pangkalan ojek.

Mungkin nanti anak gue bakal nanya, "Yah, pangkalan ojek Bobby Sejahtera itu punya Ayah ya?" Gue akan jawab dengan: "Bukan, nak. Itu pangkalan ojek punya Bobby Sadino."

Kembali ke pangkalan ojek langganan tadi. Pangkalan itu terletak di deket puskesmas Pejompongan. Kalo gue lagi jalan ke arah sana, bahkan masih jauh pun salah satu tukang ojeknya ada yang ngangkat tangan. Karena ditodong. Eh, maksud gue karena nawarin diri (ini tukang ojek apa psk?) untuk meng-ojeki gue pulang.

Gue curiga kayaknya di tempat nongkrong para tukang ojeknya ada sensor yang bisa menangkap kehadiran gue dalam radius lima puluh meter. Hebat, gue ngerasa jadi presiden. Presiden pangkalan ojek.

Elit abis.

*

Ketika udah SMA, frekuensi gue naik ojek berkurang jauh. Hal ini karena gue udah berpaling kepada bis dan angkot, yang harganya jaaaaaaaaaauuuuuh lebih murah. Dari sekolah sampe rumah total uang yang gue abisin buat ongkos hanya dua ribu.

Tapi gue bingung. Beberapa tukang ojek tampaknya begitu memaksa mendapat tumpangan.

Contohnya begini. Di ujung jalan depan St. Regis yang sangat indah nan rapi sampai-sampai kalo jalan di sana menipiskan sol sepatu dan kalau naik motor lo akan merasakan getaran bagai vibrator alami dari jalan penuh batu itu, ada pangkalan ojek yang panjang.

Kalo gue lewat situ, tukang ojek yang terdekat ngangkat tangannya. Karena gue ga naik ojek, gue geleng.

Tukang ojek berikutnya, gitu juga.
Tukang ojek setelahnya, gitu lagi. Sampai ujung antrian.

Pertanyaan gue, kenapa ojek setelahnya enggak sadar kalo gue ga mau naik ojek setelah gelengan gue yang pertama? Masih aja mereka menawarkan jasa, berharap kalo tiba-tiba di tengah jalan gue kena ambeyen dan berubah pikiran untuk naik ojek.

Begitu juga di pangkalan ojek benhil. Dan yang bikin susah, pangkalan ojek di sini panjang banget. Empat kali lebih panjang dari St. Regis, karena sepanjang jalan ada ojek. Engsel kepala gue sampe kerasa mau copot saking seringnya nggeleng.

Huah.

*

Nevertheless, tukang ojek tetep menjadi pilihan gue kalo mau ketempat-tempat yang enggak bisa gue jangkau dengan angkutan umum lain (baca: males). Karena at least ojek lebih cocok dengan budget dompet gue daripada taksi.

Apa diantara Anda masih sering menggunakan ojek? Semoga selamat sampai tujuan. Periksa barang bawaan anda, dan hati-hati melangkah. Damn, ketauan deh kalo yang suka ngomong di transjakarta itu gue.

I Had My Break... Up

You know,
kadang gue mikir.

Menulis yang baik adalah menulis yang jujur.
Dan jujur, sekarang perasaan gue lagi campur aduk.

Sering gue beranggapan bahwa kesedihan enggak bisa ditolerir di blog gue ini. Gue ngebuat blog untuk senang-senang. Cerita-cerita sehari-hari, pengalaman-pengalaman gue, hal-hal yang amat sangat ultra mega kurang penting untuk dijadikan teladan bila anda adalah seseorang yang beradab.

Tapi mengingat ungkapan di atas tadi, well...

I just broke up.

Ya, dengan dia 'yang diharapkan', begitu gue nyebutnya dulu. Alasannya karena kita jarang komunikasi. True, gue sama dia udah jarang ngobrol lagi sejak gue masuk SMA. Tapi tetep aja kejadian ini adalah a hit on the head.

Dem.

Tapi kemudian gue mikir lagi, apa sih, gunanya sedih? I should let the past be, and live my life forwards.

Kesenangan jaaaaaaauh lebih asik. Mendingan kita ketawa-ketawa. Bahkan, gue pernah dikasih tau ama guru gue kalo setiap kita tertawa, umur kita menjadi lebih panjang lima menit! Oke, mulai sekarang gue bakal nabung tawa. That sounds really weird indeed.

Jadi di sini gue, dengan mengangkat dagu, menyingsingkan lengan baju, memandang lurus ke depan dan mulai berjalan.

Karena apa yang ada di depan, pasti jauh lebih menyenangkan.

First Game, First Impression

Guten taag! Wie geht's?

Ehem.

Gue enggak bermaksud pamer Bahasa Jerman gue yang waktu uts dapet 100 (oh, itu barusan pamer ya?).

*

Gue masuk tim. Tim penolak klub poligami. Oh, bukan. Gue emang ga seneng ama klub itu. Masa poligami sama empat perempuan? Maksud gue, KENAPA CUMA EMPAT?

*Diem*

Anyway, gue beneran masuk tim. Ya, tim inti baseball sekolah gue. Dengan nomer punggung 99 dan posisi outfield, gue masuk tim. Yeah! Yeaaaaaah! Dan gue ikut bermain dalam Turnamen Pelajar X dengan membawa nama SMA 3. Sampai hari ini, 3 udah ngelewatin tiga pertandingan. Dengan dua menang dan satu kalah.

Tiga menang lagi, and we'll be in the final.

*

Waktu pertama kali main, perasaan gue... gimana ya?

Deg-degan, iya.
Seneng, iya.
Takut salah, iya.
Panik, iya. Soalnya gue enggak pake celana dalem. Oke, yang itu gue boong.

Being in the field for the first time isn't like a practice. Lo bakal masang muka serem dan terus ngeliatin pitcher dan bola, kalo-kalo tiba-tiba bolanya pecah dan tangan pitchernya copot. Eh, maksud gue kalo-kalo bolanya kepukul dan melayang ke arah lo.

Waktu pertandingan pertama, itu terjadi.

Bola tiba-tiba kepukul dan menggelinding dengan cepat ke arah gue. Dan gue sambil menahan keinginan untuk teriak histeris kayak cewek langsung berlari ke arah bola dan memasukkannya ke dalam glove. Yes, dapet! Dan gue langsung lempar ke arah 2nd.

Tiba saatnya berdiri di batter box. You know... kotak persegi panjang tempat orang mukul bola itu. Ya ketika masuk ke sana, kalo orang yang mentalnya enggak kuat pasti langsung nangis dan ngasih pemukulnya ke catcher sambil bilang, "Lo gantiin gue ya, gue takuuuuut."

Hidupnya enggak akan lama lagi. Dia akan ditelen sama si pelatih.

*

Line-up tim SMA 3 untuk TP-X:
Madon, Aul, Michael, Ais, Haikal, Yan, Shodi, Anky, Barry, Aziz, Faiz, Bobby, Innu, Ridho, Yoga, Zaka, Radit, dan Adrian.

Come on guys, let's play hard!

Aum!

Friday, October 16, 2009

Menggila Bersama Rossa

Good day, angels. (oke, gue kedengeran kayak Charlie.)
Good day, twitterlings. (nope, ini bukan twitter.)
Good day, umm... good people. Yeah. That's more like it.

Sudah beberapa waktu ini gue bebas dari hal-hal yang memalukan seperti dulu waktu gue sd dan smp. Hidupku tenang, aku bebas! Sampai hari ini.

*

Minggu ini adalah exam week. Jadi dari Senin sampai Sabtu gue menjalani ulangan bersama untuk semua mata pelajaran. Tapi, kita bukan mau ngomongin ulangan, kan? Jadi... lanjut, gan.

Selama ulangan ini gue masuk jam 10:30. Ya, setengah sebelas sodara-sodara. Which means: tambahan waktu untuk tidur! Yeaaaah.

Tapi entah kenapa, giliran dikasih waktu lebih, gue malah jadi bangun pagi. Gue bangun jam lima, jam enam. Sepertinya tidur lama enggak cocok untuk gue. Mungkin karena gue morning man, yaitu orang yang kerjaannya selalu bangun pagi. Karena kebelet pipis.

Enough with the sleeping-thing!

Hari ini, gue lagi asik twitteran. (Gue tau gue harusnya belajar. But... so what?) Ternyata temen-temen sekolah gue juga banyak yang lagi online.

FYI, gue dulu waktu smp pernah ikut study tour ke Pulau Onrust, di Kepulauan Seribu. Karena pengen tau, siapa tau ada temen sma gue yang juga waktu itu ikut, gue ngetweet sebuah pertanyaan: "Dear followers, ada yang waktu smp pernah ikut study tour ke Pulau Onrust?"

Tiba-tiba temen gue, Rossa Ayu Sabilah, merespon dengan jawaban positif. Wah, seru nih! Ternyata temen sma gue ada yang ikut juga. Mulailah kita bertukar cerita.

Si Rossa bilang, "Lo inget gak sih bob ada smp yang ceweknya nyanyi talak tilu??? jangan-jangan itu dari smp lo lagi. HAHAHA"

Jujur, gue ga inget. Tapi karena enggak mau nyakitin hati orang, gue alihin dengan pertanyaan lain.

"Inget enggak lo anak cowok yang nyanyi Letto - Ruang Rindu dan sukses salah lirik? Itu gue."

Ya, waktu itu gue dengan gagah petantang-petenteng maju ke depan dan request lagu Letto tersebut kepada sang organ tunggal. Ternyata di bagian akhir lagu gue salah lirik. Enggak terlalu parah sih sebenernya.

"Yang mana? Gue gak inget, Bob," katanya inosen.

Gue gondok.
No, enggak gondok karena kekurangan yodium, tapi karena gue udah nahan-nahan mau bilang ga inget eh dia ngomong begitu dengan bahagia seolah tidak ada apa-apa.

Kita udah tau kalo kayaknya cerita ini ga klop. Sampai satu ketika:

"Sampe sekarang gue masih suka pake baju oren itu lohhhh. Hahaha," tulis Rossa.

"Oren? Bukannya bajunya warnanya putih ijo ya?" balas gue.

"Oren kok, Bob," tulis Rossa lagi.

Gue diem.

Terus Rossa nanya, "Waktu kelas 8 bukan Bob?"

"Gue kelas sembilan..." bales gue.

Rossa dan gue diem.

Saat ini,
kita sudah masuk acara Kena, Deh!

*

Jujur, itu adalah momen yang memalukan. Apalagi setelah gue sadar gue ama dia ngobrol di tempat publik yang bisa dibaca seluruh orang di dunia yaitu di twitter.

Jujur, gue dan Rossa ngakak abis itu.

Dan jujur,
ada enggak yang ikut study tour Onrust tahun 2008?

Friday, October 02, 2009

Padang, Rendang, Bagindo Digoyang

Gue pengen nasi Padang.

Entah kenapa tiba-tiba gue pengen nulis tentang Padang. Nyokap gue pernah bilang begini:

"Entar kalo udah gede, kamu nikahnya sama orang Padang ya."

Kenapa? Karena makanan daerah Padang itu enak-enak. Terutama favorit gue, rendang. Kalo gue nanti nikah ama orang Padang, setiap hari gue bakal minta rendang sebagai sarapan, makan siang, makan sore, makan malem, makan larut. Tapi niat itu gue urungkan, karena mengingat harga daging yang mahalnya minta ampun.

Huah.

Gue paling suka kalo bokap gue udah bawain nasi Padang. Bahkan bokap udah tau menu kesukaan gue, yaitu nasi, rendang, kuah gulai, sambel ijo. Wuah. That's heaven!

Haha.

*

As we know, baru-baru ini Padang diguncang bencana gempa yang dahsyat. Gue nonton berita di tv, katanya jumlah korban meninggal mencapai angka lima ratus dan terus bertambah. Ada dua mahasiswa yang selamat setelah 42 jam terjebak di reruntuhan. Puluhan siswa tertimbun dinding sekolah yang runtuh. Belasan peserta bimbel juga terjebak di reruntuhan tempat belajarnya. Dubur seorang teroris rusak, dianggap sebagai hasil sodomi. Oh, kita bukan lagi ngomongin Nurdin Tank Top.

Jujur, gue sedih denger berita gempa ini.
Jujur, gue berharap kejadian ini ga berpengaruh sama kemampuan memasak orang Padang.
Jujur, gue ngakak pas denger berita tentang dubur Noordin.

Rumah sakit M. Jamil penuh sama korban-korban bencana. Malah tenda-tenda darurat didirikan, karena ruangan rumah sakit tidak mencukupi jumlah korban. Sungguh mengenaskan. Gue pengen bantu, tapi apa daya seorang pelajar ingusan yang kerjaannya makan mulu seperti saya ini?

Yang ada pas nyampe sana bukannya gue nolongin korban bencana, gue malah nyari rumah makan Padang.

Hemm.

Gue mikir (ya, gue masih bisa mikir), apakah gempa ini mempengaruhi rumah-rumah makan yang ada di sana? Kan nanti aneh kalo ada rumah makan yang menu spesialnya Gulai Gempa, atau rumah makan baru yang namanya Bagindo Digoyang. Kedengeran kayak konser dangdut abis.

*

Walaupun begitu, kayaknya ada oknum-oknum yang memanfaatkan kejadian ini sebagai lahan mencari bisnis. Ibarat pepatah: memancing di kolam Pak RT. Eh, salah: memancing di air keruh.

Gue denger, ada seseorang Jakarta yang lagi kerja di Padang. Pas hari gempa itu, dia udah mau pulang ke Jakarta. Saat terjadi gempa, dia ngerekam layaknya kameraman amatir, mendokumentasikan bencana tersebut. Ketika dia selesai dan mau ke bandara, dia naik taksi. Tarifnya? Lima ratus ribu. Buset.

Ada lagi, harga tiket pesawat jurusan Padang (kayak bis) melonjak drastis. Dari Jakarta ke Padang, harga tiket salah satu maskapai penerbangan adalah delapan ratus empat puluh ribu. Yang lainnya, ada yang sampe satu juta tiga ratus. Are you kidding? Mereka lagi ketimpa bencana! Apa lo ga punya perasaan?

Gue malah salut dengan maskapai AirAsia yang dengan programnya AirAsia Charity bersedia menyediakan 148 kursi gratis untuk penerbangan Jakarta-Padang-Jakarta. Padahal kita tahu, AirAsia itu punya Malaysia. Negara tetangga aja mau bantu. Kalo Garuda? Enggak ada sama sekali.

What's wrong with you people?

*

Anyway, gue berharap Padang dan sekitarnya yang terkena gempa bisa pulih kembali seperti semula. Don't give up, guys!

Let's help Padang! Indonesia Unite!