Friday, October 02, 2009

Padang, Rendang, Bagindo Digoyang

Gue pengen nasi Padang.

Entah kenapa tiba-tiba gue pengen nulis tentang Padang. Nyokap gue pernah bilang begini:

"Entar kalo udah gede, kamu nikahnya sama orang Padang ya."

Kenapa? Karena makanan daerah Padang itu enak-enak. Terutama favorit gue, rendang. Kalo gue nanti nikah ama orang Padang, setiap hari gue bakal minta rendang sebagai sarapan, makan siang, makan sore, makan malem, makan larut. Tapi niat itu gue urungkan, karena mengingat harga daging yang mahalnya minta ampun.

Huah.

Gue paling suka kalo bokap gue udah bawain nasi Padang. Bahkan bokap udah tau menu kesukaan gue, yaitu nasi, rendang, kuah gulai, sambel ijo. Wuah. That's heaven!

Haha.

*

As we know, baru-baru ini Padang diguncang bencana gempa yang dahsyat. Gue nonton berita di tv, katanya jumlah korban meninggal mencapai angka lima ratus dan terus bertambah. Ada dua mahasiswa yang selamat setelah 42 jam terjebak di reruntuhan. Puluhan siswa tertimbun dinding sekolah yang runtuh. Belasan peserta bimbel juga terjebak di reruntuhan tempat belajarnya. Dubur seorang teroris rusak, dianggap sebagai hasil sodomi. Oh, kita bukan lagi ngomongin Nurdin Tank Top.

Jujur, gue sedih denger berita gempa ini.
Jujur, gue berharap kejadian ini ga berpengaruh sama kemampuan memasak orang Padang.
Jujur, gue ngakak pas denger berita tentang dubur Noordin.

Rumah sakit M. Jamil penuh sama korban-korban bencana. Malah tenda-tenda darurat didirikan, karena ruangan rumah sakit tidak mencukupi jumlah korban. Sungguh mengenaskan. Gue pengen bantu, tapi apa daya seorang pelajar ingusan yang kerjaannya makan mulu seperti saya ini?

Yang ada pas nyampe sana bukannya gue nolongin korban bencana, gue malah nyari rumah makan Padang.

Hemm.

Gue mikir (ya, gue masih bisa mikir), apakah gempa ini mempengaruhi rumah-rumah makan yang ada di sana? Kan nanti aneh kalo ada rumah makan yang menu spesialnya Gulai Gempa, atau rumah makan baru yang namanya Bagindo Digoyang. Kedengeran kayak konser dangdut abis.

*

Walaupun begitu, kayaknya ada oknum-oknum yang memanfaatkan kejadian ini sebagai lahan mencari bisnis. Ibarat pepatah: memancing di kolam Pak RT. Eh, salah: memancing di air keruh.

Gue denger, ada seseorang Jakarta yang lagi kerja di Padang. Pas hari gempa itu, dia udah mau pulang ke Jakarta. Saat terjadi gempa, dia ngerekam layaknya kameraman amatir, mendokumentasikan bencana tersebut. Ketika dia selesai dan mau ke bandara, dia naik taksi. Tarifnya? Lima ratus ribu. Buset.

Ada lagi, harga tiket pesawat jurusan Padang (kayak bis) melonjak drastis. Dari Jakarta ke Padang, harga tiket salah satu maskapai penerbangan adalah delapan ratus empat puluh ribu. Yang lainnya, ada yang sampe satu juta tiga ratus. Are you kidding? Mereka lagi ketimpa bencana! Apa lo ga punya perasaan?

Gue malah salut dengan maskapai AirAsia yang dengan programnya AirAsia Charity bersedia menyediakan 148 kursi gratis untuk penerbangan Jakarta-Padang-Jakarta. Padahal kita tahu, AirAsia itu punya Malaysia. Negara tetangga aja mau bantu. Kalo Garuda? Enggak ada sama sekali.

What's wrong with you people?

*

Anyway, gue berharap Padang dan sekitarnya yang terkena gempa bisa pulih kembali seperti semula. Don't give up, guys!

Let's help Padang! Indonesia Unite!

0 Comments:

Post a Comment

What do you think?