Thursday, May 20, 2010

An Unexpected Advice

Gue lagi ada di angkot dalam perjalanan pulang ketika seorang laki-laki tua masuk ke dalam angkot itu.

Seandainya laki-laki itu biasa saja, pasti gue juga udah enggak terlalu memperhatikan. Tapi penampilannya yang membawa gitar, usia sekitar empat-puluhan, memakai kacamata, rambut acak-acakan, kemeja lusuh dan celana jeans membuatnya tampak unik, kayak seniman jalanan. Ketika naik, ia berkata, "Oke, mas! numpang ya."

Kemudian angkot jalan lagi.

Gue udah mulai lupa tentang si pria bergitar itu saat tiba-tiba pundak gue dipegang. Ketika gue nengok, ternyata yang megang adalah si laki-laki itu!

Gue mulai was-was. Dia megang pundak gue dan ngeliatin gue selama beberapa detik. Pikiran gue mulai negatif.

Mungkin dia penghipnotis.
Mungkin gue mau disodomi dan dimutilasi.
Mungkin gitarnya sebenarnya adalah bazooka dan akan digunakan untuk nodong gue.
Mungkin gue akan diajak nonton konser Kangen Band. Itu yang paling buruk.

Laki-laki itu membuka mulut. Gue takut akan ada ular keluar dari sana, ternyata enggak.

"Kelas berapa?" dia bertanya.

"Satu, pak," diriku menjawab.

"SMA?"

"Iya."

Kata orang, mata adalah cerminan paling jelas sifat seseorang. Dan saat itu gue ngeliat matanya, yang entah gimana ternyata terlihat begitu bersahabat. Kayaknya ga mungkin dia orang jahat, pikir gue.

"Tuntut ilmu yang bener, ya. Jangan ikut tawur-tawuran. Tawuran begitu, hanya bikin repot. Kalau luka atau meninggal, orang tua juga yang kena batunya. Belajar yang rajin, supaya jadi orang sukses nantinya."

Gue yang baru sadar kalo lagi dinasehatin, hanya bisa ngejawab, "Iya."

Enggak lama setelah kuliah singkat itu, sang seniman turun dan berkata, "Terima kasih tumpangannya, mas," dan melayangkan senyum kepada sang supir. Ketika dia berjalan pergi dan angkot melaju lagi, ada dua hal yang terpikir di kepala gue.

Yang pertama,
gue ingin jadi seniman. Biar bisa naik angkot gratis seperti tadi.

Yang kedua,
ternyata masih ada orang yang peduli terhadap pendidikan negeri ini. Walaupun ia hanya seorang seniman jalanan atau apa, ia juga prihatin terhadap kondisi pelajar Indonesia dan maraknya tawuran pelajar dewasa ini.

Pak Gitar (yang saya tak tahu namanya), saya berjanji akan terus belajar dengan baik, supaya bisa meneruskan perjuangan negeri ini. Dan saya juga berjanji, sampai kapan pun, untuk tidak akan pernah ikut tawuran. Apalagi arisan.

Oh, itu beda ya.

1 Comments:

Anonymous said...

lucu lo,,
like this lah (^_^)
janji harus ditepati loh,,gw saksinya,,hehe

Post a Comment

What do you think?