Friday, April 02, 2010

Kotak Kecil Bernama 'Imajinasi'

Banyak orang bilang, buku adalah jendela dunia. Bagi gue, buku adalah dunia itu sendiri.

Selama hidup gue yang bentar lagi udah enam belas tahun ini, mungkin udah ribuan buku yang pernah gue baca. Mulai dari novel, buku pelajaran, buku dongeng, sampe buku resep masakan. Dan menurut gue, semua buku punya nyawanya sendiri-sendiri. Semua buku bisa ngebawa pembacanya masuk ke dunia di dalam buku itu. Karena semua buku pasti ditulis untuk sebuah tujuan. Tujuan yang berbeda-beda.

Gue sendiri adalah penggemar novel, dan tipe novel kesukaan gue ada dua. Yang satu adalah novel kehidupan yang ringan, ga banyak mikirnya. Kedua, adalah novel-novel fantasi yang bisa ngajak gue berkelana di dunia yang ditata sedemikian rupa oleh penulisnya.

Tapi dari kedua tipe novel itu, harus ada satu unsur penting di dalamnya. Sesuatu yang bisa ngebuat emosi gue turun naik, rapid frequency dari fluktuasi senang, sedih, haru, marah, atau dengan kata lain dapat membuat gue menghayati semua kata dalam setiap kalimat di novel itu. Meresapi emosinya, memahami perasaan karakter-karakternya, dan menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sejauh ini, gue punya beberapa buku favorit. Nama-nama seperti To Kill A Mockingbird, Perahu Kertas, Anne Of Green Gables dan serialnya, Harry Potter, Charlie, Peter Pan, Brothers Grimm's Fairytale, dan lain-lain telah berperan dalam mengisi hidup gue selama ini. Setiap buku itu punya dunia yang berbeda, dimensi yang berbeda antara satu dan lainnya. Dimensi-dimensi yang seakan ga pernah ngebuat gue lelah untuk bolak-balik di antaranya.

Atau kalo ada saat-saat gue lagi pengen mikir, gue kadang beralih ke novel misteri atau genre berat lainnya. Kadang gue lari ke novel-novel Agatha Christie, Sir Conan Doyle, Enyd Blyton, Alfred Hitchcock, dan lain-lain.

Ya, sebuah buku bisa membawa gue keluar sejenak dari dunia bernama realitas menuju dunia yang sama sekali baru. Dunia yang penuh dengan emosi, ketegangan, sekaligus kesenangan dan romansa. Segala hal yang bisa menggugah satu kotak kecil di sudut otak gue yang bertuliskan 'imajinasi'.

*

Tapi sayangnya, gue hampir selalu dihadapkan dengan sebuah fakta menyakitkan.

Sebuah fakta yang selalu menghantui setiap kali gue ngebaca buku apapun. Itu adalah fakta bahwa nantinya, cepat atau lambat, cerita itu akan menemui sebuah akhir. Entah akhir menyenangkan, menyedihkan, atau akhir yang menggantung sama sekali. Entah kenapa, semua akhir terdengar menyedihkan buat gue.

Kadang gue bertanya, kenapa semua harus berakhir? Kenapa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang abadi? Sebuah pertanyaan bodoh, memang. Pertanyaan bodoh yang di dalamnya terdapat sejuta harapan dan mimpi. Setidaknya menurut gue.

Gue pernah denger, mengakhiri cerita adalah bagian terberat bagi penulis dalam mengerjakan tulisannya. Mungkin saja ada jutaan kenangan selama si penulis menulis cerita itu. Meskipun begitu, orang-orang juga bilang bahwa buku yang bagus adalah buku yang endingnya bagus. I don't blame it, it's only that... ah, I don't know.

Nulis post ini ngebuat gue jadi sentimental. Udahan ah.

3 Comments:

Puspitasari Eka said...

Bagus bob, apalagi yang paragraf terakhirnya "Gue pernah denger..." Lo bikin cerita juga gak bob?

Bobby Priambodo said...

Bikin sih, tapi belom ada yang rampung. Hehe. Masih dalam pengerjaan semua nih. Thanks anyhow :D

agnesstasha said...

Hai Bobby!
It's really amazing to read your blog. People might see that you're only almost-sixteen-yearsold-boy, but I like the way you write. It's like a river, which flow to an ocean :)
I'll definitely take my time to blogwalk here regularly.

Post a Comment

What do you think?