Halo.
Sebenernya mood gue hari ini agak setengah-setengah (hampir setengah-setengah, tapi setengah setengah-setengah, err...), dan dua faktor penyebabnya adalah cuaca yang aneh belakangan ini serta tangan gue yang keseleo saat main futsal pagi tadi. Akhirnya hati gue gundah gulana. Resah gelisah. Enggak enak deh pokoknya. Untungnya yang keseleo tangan kiri, jadi gue masih bisa nulis. Meskipun gue bingung gimana cara gue cebok nantinya.
Ehem.
Tapiiiii... atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan permintaan rekan saya Dana untuk meng-update blog saya ini, jadilah post ini saya tulis dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Yosh.
Terima kasih untuk Dana karena telah menjadi pembaca setia blog ini. Lo enggak gue sogok kan? Enggak kan? Bilang aja enggak, nanti gue tambahin sepuluh ribu deh.
*
Speaking of cuaca, emang cuaca di Jakarta sekarang-sekarang ini nggak jelas ya? Seharusnya mulai April kemaren udah masuk musim kemarau, tapi nyatanya, kayak hari ini, ujan deres. Padahal paginya panas sepanas-panasnya panas, kalo kata Jason Mraz: "You're so hot that I'm melting."
Usut punya usut, ternyata ini adalah salah satu efek global warming atawa pemanasan global. Emang saking seringnya diomongin, jadi terkesan overrated dan klise. Tapi, itulah yang terjadi.
Minggu kemaren, di pelajaran Kimia, gue beserta kelompok yang ditugaskan membuat sebuah poster membuat satu tentang pemanasan global. Dan jreng-jreng, inilah poster kami:
Di kelas itu, gue dan kawan-kawan ditugaskan mempresentasikan poster itu. Akhirnya jadilah sebuah ajang diskusi juga dengan Pak Iman, guru Kimia gue, tentang pemanasan global.
Kenapa jalanan di Jakarta panas banget? Jawabannya ada tiga.
Yang pertama, adalah karena banyaknya kendaraan bermotor.
Sebenernya kalo gue bilang, kendaraan bermotor emang adalah pemberi kontribusi paling besar atas hal ini. Alasannya juga banyak: mesin mobil mengeluarkan panas. Bayangin kalo setiap hari jalanan Jakarta dilalui ribuan mobil dengan mesin panas, maka pasti panas itu ter-radiasi ke sekitarnya.
Hasil pembakaran bahan bakar juga. Pembakaran yang enggak sempurna menghasilkan gas CO (carbon monoxyde) yang massa jenisnya lebih rendah daripada udara, sehingga gas itu terus naik ke atas. Terima kasih untuk CO, lapisan ozon kita jadi berlubang-lubang. CO juga bersifat racun bagi tubuh manusia.
Sedangkan pembakaran yang sempurna menghasilkan gas CO2 (carbon dioxyde). Yang satu ini massa jenisnya lebih besar, sehingga CO2 enggak melayang, melainkan tetap di permukaan bumi. CO2 inilah yang ngebuat udara panas.
Yang kedua, adalah penggunaan AC di gedung-gedung dan rumah-rumah.
Seperti yang kita tahu, freon dari AC juga berperan dalam merusak lapisan ozon. Tapi bukan cuma itu. Pemakaian AC di dalam ruangan yang notabene diatur dingin banget (antara 16 - 20 derajat celcius) juga bikin panas. Kenapa? Udara panas yang ada di dalam ruangan dialirkan keluar, bayangin aja; di luar udah panas, eh ditambah panas lagi.
Karena berada di ruangan yang dingin, otomatis tubuh manusia akan menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya. Karena udah beradaptasi dengan udara dalam ruangan, begitu keluar -- DUAR. Panas menyengat luar biasa, dan panas yang dirasain oleh orang yang baru dari ruangan dingin akan terasa lebih beberapa kali lipat.
Dan yang ketiga, adalah kurangnya yang hijau-hijau.
Bukan, bukan tahi ayam. Bukan juga upil. Upil udah begitu berlebih; bermilyar-milyar manusia di bumi, dengan masing-masing punya dua lubang hidung, gue heran bumi belom tertutup olehnya. Bukan, hijau yang gue maksud adalah tumbuhan.
Yep, teman-teman dari Kingdom Plantae itulah yang harusnya mengurangi kadar CO2 di udara. Tetapi yang terjadi adalah hutan ditebang dimana-mana. Alhasil, CO2 tetap merajalela. Panas, ya?
*
Oleh karena tersentuh dengan sesi diskusi tersebut (dan sebagai pertanggungjawaban sebagai orang yang mempresentasikannya), gue jadi pengen berperan untuk mengurangi pengrusakan bumi ini. Mulai dari yang paling gampang: naik sepeda.
Sejak acara Fun Bike sekolah beberapa waktu lalu, gue telah membetulkan sepeda Federal tua gue. Dan akhir-akhir ini, gue udah mulai sering ke sekolah naik sepeda. Asyik ternyata, mengayuh pelan-pelan di kesunyian jalanan pagi hari, ditemani mentari yang masih mengintip dibalik tidurnya, serta semilir sejuk angin yang menerpa setiap senti kulitku... satu kalimat lagi dan gue akan jadi penerus Chairil Anwar.
Anyhow, kata seorang guru olahraga gue, katanya bila situasi memungkinkan, tahun ajaran depan sekolah gue akan membuat komunitas sepeda. Fun, is it not? Sehat sekaligus menyelamatkan lingkungan.
*
Udah ah, gue akhiri post ini sampai sini aja. Karena mungkin kalo lebih panjang lagi, gue bisa kepilih jadi duta penyelamatan lingkungan UNICEF atau apa. Akhir kata, mengutip kata-kata dari film Chicken Little:
"Come on, Dad! We've got a planet to save!"
Thursday, May 13, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 Comments:
Wohoo cie banget ada nama gue :D Hehehe sama-sama ya Bob! Semoga menjadi penulis yg sukses! Amin
Bobby, kayaknya ini blog mesti diliput tv deh.
@Dana: Sip, amiiin!
@Sella: Ah, tv indonesia kebanyakan ngeliput Mas Anang ama Mbak Syahrini :)
kalo gitu, jangan tv Indonesia. Tv Inggris aja. Haha
Post a Comment
What do you think?